Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bentha-Benthi, Ritual Memanggil Hujan yang Mulai Langka

16 Mei 2020   23:35 Diperbarui: 17 Mei 2020   00:11 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat kemarau panjang di mana sawah-sawah mengering, pohon-pohon meranggas, rerumputan menguning, kering dan kemudian mati. Di saat seperti ini tentu para petani yang paling terkena dampaknya. Jangankan untuk menggarap sawah, sekadar mencari rumput untuk ternak pun kesusahan. 

Untuk mengakhiri masa kemarau ini, banyak tradisi yang dilakukan masyarakat pedesaan untuk memanggil hujan. Salah satunya adalah Bentha-Benthi, sebuah ritual masyarakat sekitar Karang Pucung kab. Cilacap, yang kini mulai langka. Bahkan saya sendiri sebagai warga asli Karang Pucung belum pernah melihat ritual ini. Hanya pernah mendengar bahwa ada ritual semacam ini di kampung sebelah. 

Mungkin  bagi orang terdahulu, ritual ini dianggap mistis, tetapi untuk generasi sekarang tidak semuanya beranggapan demikian. Semua ini kembali pada kepercayaan masing-masing individu, terlebih lagi hal ini tidak diajaran dalam agama Islam. Untuk meminta hujan, Islam mengajarkan untuk shalat Istisaqo. 

Pada awalnya saya tidak percaya jika ada ritual ini, tetapi setelah tanya-tanya sana-sini, ternyata Bentha-Benthi ini memang ada. Termasuk ayah saya sendiri membenarkan, hanya saja ritual ini sudah sangat langka. 

Penasaran dengan Ritual ini saya pun browsing dan ternyata di youtube banyak sekali video ritual Bentha-benthi ini. Salah satunya yang diunggah oleh Gus Waryo, pada tujuh bulan yang lalu. Ritual ini dilakukan di daerah Gumelar, Banyumas.

Selain itu juga diunggah oleh Modjo Kendji yang diunggah pada tujuh bulan yang lalu juga. Ritual ini dilakukan di daerah Blisuk, kab. Cilacap. 

Boneka Bentha-benthi ini terbuat dari tempurung kelapa, seperti boneka Jaelangkung. Sementara badan, kaki dan tangannya terbuat dari jerami pohon padi (Oman). Kemudian boneka Bentha-benthi didandani (dipakei baju). Wajah Bentha-benthi dilukis menggunakan kapur sehingga menyerupai wajah manusia. 

Ritual ini dilakukan pada malam hari tetapi ada juga yang melaksanakan pada siang hari. Diiringi dengan musik gamelan Jawa, serta nyanyian serupa mantera sebagai berikut:

Bentha-benthi aja lali-lali laki
Ana gandrung lurung-lurung
Si lurung imana santri
Turunaken udan, ta ruwag riyag kewes
Ta ruwag riyeg pantes
Serengseng sabuke medhang
Sukma rendeng, aja rendeng-rendeng ingsun
Ingsune ka ma nira
Luthung-luthung dha ngilo
Dha ngilo si banyu udan
Genjretan pangreyetan

Selain menggunakan Boneka, ritual ini juga dilengkapi dengan Baskom berisi air dan tiga macam bunga. 

Baskom inilah tempat Boneka ini menari, sambil diiringi musik gamelan dan nyanyian atau mantera Bentha-benthi. Setelah selesai berarti air dalam baskom habis. Boneka ini kemudian akan terbang / dilempar. Jika jatuh pada tempat yang berair artinya hujan akan segera turun. Akan tetapi jika jatuh pada tempat yang kering artinya hujan masih lama turunnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun