Mohon tunggu...
Mutia Senja
Mutia Senja Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Salah satu hobinya: menulis sesuka hati.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Resensi] Membaca Jejak Fiersa

20 Maret 2019   20:55 Diperbarui: 21 Maret 2019   01:56 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: halisa297.wordpress.com

"Ya. Begitu, dong. Kita enggak akan pernah tahu kapan napas terakhir kita berembus dan kapan kita meregang nyawa. Sudah saatnya kita belajar bersyukur. Tidak perlu dengan melakukan hal-hal hebat. Cukup dimulai dengan menyayangi diri sendiri" (halaman 272).

Sebuah penanda atau catatan bagi penulis untuk memberikan (minimal) teladan yang baik. Sebab pembaca biasanya menajadikan idolanya sebagai panutan. Begitu pula degan Fiersa yang telah naik daun dengan karya-karyanya. Sebab, dalam Arah Langkah Fiersa menuliskan kebiasaannya minum-minuman keras hingga mabuk dan bicara ngawur, sempat pula menghisap ganja, atau hal lain yang barangkali peresensi tidak begitu memahami.

Selebihnya, saya terkesima dengan pemikiran Fiersa yang begitu detail menangkap aksara dari tiap apa yang dipandangnya. Menikmati suasanya pantai, memotret bintang-bintang, atau hanya sekadar membanyangkan seandainya Malin Kundang itu adalah dirinya. Perilaku abstrak semacam ini saya rasa tidak semua orang bisa memaknainya. Tapi dengan menuliskannya seperti aliran air yang mengalir, Fiersa menancapkan tiap diksi menjadi pesan moral yang tidak cuma-cuma, namun berharga.

Berbicara tentang petualangan hingga harus berpisah dengan teman-temannya, disebabkan Pram yang kehabisan uang saku, hingga Baduy yang juga harus kembali karena alasan bahwa ibunya sedang sakit, merupakan ujian bagi Fiersa untuk memilih melanjutkan atau menghentikan langkah. Inilah yang dinanti-nanti dalam buku ini.

Petualangan Fiersa bukan sekadar pelampiasan atas rasa sakit akibat disakiti oleh kekasihnya. Namun di sisi lain, ia mendapatkan begitu banyak pengalaman berharga yang semakin mendewasakan dirinya. Berpetualang, hingga berangan akan sampai ke Raja Ampat dengan janji akan membuat rambutnya terpangkas habis jika dirinya sampai menginjakkan kaki di sana.

Bukan itu saja, pembaca akan menemukan bagaimana penulis bertemu dengan orang-orang asing yang sempat menjadi keluaga, menjadi bahan renungan, juga (pernah)menjadi bahan alasan untuk menjadi penakut. Mulai dari pertemuannya dengan Iwal dan kawan-kawan di Bawomataluo, Erlita yang ingin menjadi penyanyi, hingga anak-anak Pelabuhan Sibolga yang mendefinisikan kebahagiaan dengan bermain di dalam air. Begitu pula dengan perjumpaannya di sebuah penginapan serupa rumah hantu dengan seorang bapak tua yang tiba-tiba pergi dengan hanya meninggalkan uang sewa dan ikan yang bececeran di lantai yang diduga dimakan tuyul, hingga perjalanannya sampai ke Pulau Samosir, juga merelakan ukulele kesayangan demi membahagiakan kawan.

Yang banyak memberikan cerita, ketika menginap bersama teman-teman Mapala Pah'yaga'an, mendaki gunung, menyelam, hingga ditinggal kawan dan merasa sendirian. Tapi tidak. Fiersa menuliskan:

Suasana ini, gelak tawa ini, esensi ini, orang-orang ini menyadarkanku bahwa aku takkan pernah merasa sendirian. Mungkin aku kehilangan makna "pulang" karena memang aku tidak pernah pergi. Di negeri ini, di mana pun aku berada, adalah rumah (halaman 285).

Judul buku       : Arah Langkah
Penulis               : Fiersa Besari
Penerbit            : Mediakita
Jumlah hlm     : iv + 300
Tahun terbit   : 2018
ISBN                    : 978-979-794-561-9

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun