Mohon tunggu...
mutia khadijah
mutia khadijah Mohon Tunggu... -

Seorang pekerja pabrik yang menyukai dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

MEWUJUDKAN RUANG PUBLIK NYAMAN DI KOTA TAPIS BERSERI

30 September 2015   23:47 Diperbarui: 30 September 2015   23:47 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 

Bandar Lampung, sebuah kota yang terletak di provinsi ujung pulau Sumatera. Kota yang dikenal karena menyimpan sejarah kelam peristiwa meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1983, dimana sebagian besar wilayah ini dulunya terkena dampak dari larva panas gunung Krakatau. Namun kini kota yang dijuluki kota tapis berseri ini telah tumbuh menjadi sebuah kota besar dengan penduduk lebih dari 1,1 juta   jiwa (data BPS 2014).

Dengan luas wilayah daratnya yang mencapai 169,21 km2, kota ini dapat dikatakan sebagai kota yang padat penduduknya. Padatnya jumlah penduduk ini harusnya juga diimbangi dengan fasilitas ruang publik yang memadai. Ruang publik ini sangat berperan sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat baik formal maupun non formal.

Ada 5 kebutuhan dasar yang harus terpenuhi ketika warga akan mempergunakan ruang publik. Hal-hal tersebut antra lain kenyamanan, relaksasi, penggunaan secara pasif, penggunaan secara aktif, dan keanekaragaman fitur.

Namun apakah 5 kebutuhan dasar ini telah terimplementasi pada ruang publik Kota Bandar Lampung.  Menurut saya sudah terpenuhi namun belum sepenuhnya optimal. Baiklah marilah kita bahas satu per satu.

  1. Kenyamanan

Di sejumlah ruang publik di Lampung seperti taman dwipangga, taman danau unila, lapangan gubernur, lapangan korpri, lapangan saburai, dll memang terlihat banyak sekali orang yang berkunjung. Namun fasilitas umum seperti toilet tidak ditemukan di semua tempat tersebut. Beberapa tempat tersebut pun dikenal sebagai kawasan yang sering terjadi kemacetan lalu lintas.

  1. Relaksasi

Berkunjung ketempat-tempat yang seperti saya sebutkan tersebut memang menimbulkan rssa nyaman. Hal ini dikarenakan masih banyaknya tanaman atau pohon yang berada di tempat-tempat tersebut jadi terkesana asri. Namun sejumlah tempat seperti taman dwipangga seperti tak terawat.  Tidak hanya disini, di tempat lain seperti lapangan pkor dan saburai pun banyak ditemukan sampah yang berserakan.

  1. Pengguna pasif

Tidak terlalu banyak yang dapat diamati di tempat-tempat ini, hal ini dikarenakan tidak terlau banyaknya wahana ataupun perabot landscap yang membuat pengunjung berhenti sejenak untuk menikmati objek tersebut.

  1. Pengguna aktif

Cakupan ruang publik yang cukup luas di sejumlah tempat memang membuat pengguna secara aktif berinteraksi satu dengan yang lain.Interaksi ini memang sangatlah baik, namun masih banyak pula yang cenderung mengelompok

  1. Keanekaragaman fitur

Belum banyak fitur yang ditampilkan di fasilitas ruang publik di kota tapis berseri ini.  Semua masih terkesan sangat minim.

Semua kota besar termasuk Bandar Lampung juga harus memiliki klasifikasi lahan apakah jumlah dan peruntukannya sudah seimbang atau belum dengan implementasinya.  Hal ini penting untuk mendukung keberadaan ruang publik tersebut di tengah masyarakat. Menurut Arthur  B Gallion dan Simon Eisner  (the Urban Pattern, City Planning and Design, 1986), klasifikasi lahan sebuah kota besar terdiri dari 5 aktegori utamayakni ruang terbuka, lahan pertanian, perumahan, perdagangan, dan industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun