Mohon tunggu...
Mutia Afifah
Mutia Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sampah Menjadi Uang: KKN UNS Menggelar Sosialiasi dan Pelatihan Bank Sampah

26 Februari 2021   22:57 Diperbarui: 26 Februari 2021   23:10 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunungkidul – Sejatinya, setiap rumah tangga pasti menghasilkan berbagai sampah di setiap harinya, baik sampah organik maupun anorganik. Namun, masyarakat seringkali justru membuang, membakar, maupun mengubur sampah-sampah tersebut. Padahal, jika hal ini dilakukan secara terus menerus, dampak yang dihasilkan dapat membahayakan lingkungan sekitar. Atas sebab itulah, mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang tergabung dalam unit Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 4 berinisiatif untuk mengadakan sosialisasi sekaligus pelatihan terkait pengelolaan sampah bagi masyarakat.

Sosialiasi dan pelatihan pengelolaan bank sampah telah diselenggarakan pada 27 Januari 2021 lalu di Dusun Perbutan, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Selain sosialisasi dan pelatihan bank sampah yang disampaikan oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul dan kader Bank Sampah Menur, masyarakat sekaligus mendapatkan sosialisasi mengenai COVID-19 dan pembuatan pupuk kompos sederhana. Adapun, dikarenakan kondisi pandemi, jumlah masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut dibatasi dan hanya diwakilkan oleh tokoh-tokoh masyarakat dari setiap RT. Peserta kegiatan juga diwajibkan menerapkan protokol kesehatan selama acara berlangsung dengan pengawasan Satgas COVID-19 setempat.

Dalam kegiatan tersebut, Ibu Saliyem sebagai Kepala Dusun Perbutan sekaligus peserta sosialisasi mengatakan bahwa ternyata sampah yang selama ini banyak dikira masyarakat patut untuk dibuang, ternyata dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. “Saya tidak menyangka kalau jlantah (minyak goreng bekas) ternyata dapat dijual, bahkan saya juga tidak mengira plastik-plastik yang biasanya kita bakar juga dapat menghasilkan uang.” kata Ibu Saliyem.

Sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah di Dusun Perbutan tidak berakhir di situ saja. Setelah adanya antusiasme dari masyarakat, Dusun Perbutan memutuskan untuk membentuk bank sampah di Dusun Perbutan dengan bantuan kader Bank Sampah Menur dan mahasiswa UNS. Harapannya, pembentukan bank sampah di Dusun Perbutan dapat menjadi ajang bagi masyarakat setempat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sampah serta sebagai sarana mempererat rasa persaudaraan antarmasyarakat. Selain itu, sistem bank sampah yang sederhana, mudah dijalankan, dan mampu menghasilkan rupiah membuat masyarakat mau mencoba untuk memulai langkah awal mendirikan bank sampah di Dusun Perbutan.

Sistem dari bank sampah sendiri adalah penjualan barang-barang bekas atau sampah anorganik kepada pengepul, di mana uang hasil penjualan sampah tersebut akan disimpan terlebih dahulu, kemudian uang diberikan kepada masyarakat setiap 6 bulan sekali atau sesuai dengan kesepakatan. Alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan bank sampah sendiri tidak banyak, yaitu timbangan, alat tulis kantor, buku administrasi, buku tabungan, dan karung. Adapun kepanitiaan dan lokasi pelaksanaan Bank Sampah juga terbilang fleksibel, yakni dapat dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja sesuai kesepakatan masyarakat setempat.

Penulis: Vistaria Kusuma Wardani (Universitas Sebelas Maret)
Editor: Mutia Afifah (Universitas Sebelas Maret)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun