Mohon tunggu...
Muthiasky
Muthiasky Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Merdeka Belajar

29 Desember 2020   19:44 Diperbarui: 29 Desember 2020   19:56 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Belajar dari rumah membuat slogan merdeka belajar semakin kelihatan. Apa maksud merdeka dalam konteks belajar dari rumah? Dari fenomena dan kesan umum yang terlihat, proses belajar justru di luar kendali. Belajar dari rumah untuk konteks pelajar SD-SMA adalah liburan. Kita tidak bisa menyangkal bahwa efektivitas kegiatan belajar dengan pantuan jarak jauh oleh para pendidik dan bimbingan langsung dari orangtua hanya berlangsung di pekan awal. 

Berada di rumah selama pandemi diharapkan tetap produkif dalam belajar.2 Akan tetapi, kadang-kadang orang justru merasa bebas-merdeka untuk belajar. Dalam hal ini, ia menerapkan prinsip “semau gue.” Belajar dari rumah adalah sebuah tameng yang dipakai untuk menahan tuduhan bahwa selama Covid-19 sistem pendidikan vakum.

Nampaknya, pandemi Covid-19 masih dituduh sebagai penyebab perubahan sistem. Masih sedikit kalangan yang melihatnya sebagai sebuah paradigma berpikir, yang menantang sistem, metodologis, termasuk konten pembelajaran. Sistem pembelajaran yang tidak dilandasi oleh orientasi mengakibatkan kebijakan kuliah online dianggap mengganggu, sesuatu yang tidak biasa, dan semacamnya. Masih sedikit mahasiswa yang melihat proses pembelajaran virtual sebagai bagian dari cara sektor pendidikan berkontribusi terhadap persoalan kebangsaan. 

Menjawabi tantangan yang ada, dalam tulisan ini, saya ingin menawarkan gagasan mengenai sistem pendidikan virtual yang dilandasi oleh orientasi yang mengarah pada kecemasan global, yang dengannya kaum terdidik yang juga adalah saksi mata merebaknya virus Corona dapat terlibat dalam usaha pengentasan penyebaran virus, sekaligus implikasi yang ditimbulkan olehnya dalam cakupan yang lebih luas. Dalam konteks pandemi, kita memang disentuh kultur baru, belajar online.

Namun pada saat yang sama, kita generasi pembelajar saat ini tidak lain adalah generasi milenial dengan sistem digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan di beberapa tempat, khususnya di negara-negara yang maju secara teknologi, belajar online adalah sesuatu yang lumrah. Lalu apa artinya belajar online di tengah pandemi? 

Sadar atau tidak, belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah pilihan yang paling mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap negara wajib melakukan hal yang sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan secara serempak dan dalam tataran global, maka ada suatu kesadaran lain yang harus dipertimbangkan. Sepertinya belajar online bukan hanya sebuah pilihan yang bersifatantropologi, sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral, yakni tanggung jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain.

Ini adalah pilihan etis, sebuah optio fundamental Kebijakan ini sejatinya tidak hanya berhenti pada anggapan bahwa ada perubahan sistem pembelajaran tatap muka menjadi kuliah online. Model kuliah online di tengah pandemi sungguh berbeda karena yang diperhitungkan bukan sistem atau konstruksi pendidikan tetapi soal keprihatinan individu terhadap kecemasan bersama. Keprihatinan ini merupakan suatu bentuk solidaritas sosial di mana seseorang berusaha untuk menyelamatkan yang lain di tengah situasi krisis.

Untuk mengikuti pola pendidikan global yang dilakukan secara online maka muncul suatu tuntutan baru bagi mahasiswa di mana ada kewajiban untuk fasih mengeksplor dunia digital. Institusi pendidikan mesti membekali para mahasiswa dengan pengetahuan yang memadai untuk menjelajah sistem online yang difasilitas oleh berbagai platform digital seperti Padlet, Google Classroom, Gallery Walk, Line Group, WAG, Google Hangout, Zoom, Google Meet, Youtube, Whatsapp, Instagram, LMS Belajar dan patform digital lainnya.

Semoga wabah Covid-19 ini tidak hanya membawa kepanikan di ruang publik, tetapi ini menjadi salah satu titik pacu bagi bangsa Indonesia, khususnya pemerintah dan kementerian terkait untuk berkonsentrasi penuh mengerahkan seluruh anggaran pendidikan tahun ini untuk menciptakan kurikulum virtual; proses belajar mengajar via teknologi daring, sambil menyiapkan sarana prasarana pendukung, ketersediaan jejaring internet, manajerial demokratis yang berdaya saing, sampai pada keterlibatan masyarakat secara berkelanjutan. 

Pemerataan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia menjadi kewajiban yang mesti diprioritaskan, sesuai amanat sila ke-5 Pancasila; keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia yang adil; sama rasa–satu rasa, proses pendidikan wajib memberi kenyamanan bagi seluruh peserta didik dan pendidik se-Indonesia Raya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun