Mohon tunggu...
Muthakin Al Maraky
Muthakin Al Maraky Mohon Tunggu... Relawan di Komunitas Literasi Damar26 Cilegon

Tukang ngelamun yang mencintai buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Qunutan: Tradisi Ngeriung Ketupat di Pertengahan Bulan Ramadan

15 Maret 2025   21:21 Diperbarui: 15 Maret 2025   21:28 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketupat di pertengahan Ramadan (Sumber Gambar: Muthakin Al-Maraky) 

Tanggal 14 Ramadan, atau memasuki hari puasa ke-14, pemuda atau bapak-bapak di kampung sibuk mencari janur (daun kelapa muda). Jika memiliki pohon kelapa sendiri, itu keuntungan bagi pemiliknya. Tinggal naik, lalu ambil janurnya. 

Namun jika tidak memiliki pohon kelapa, mereka bisa minta atau beli secukupnya. Janur-janur yang sudah diambil tersebut nantinya akan dibuat ketupat.

Di malam ke-15 di bulan Ramadan, hampir di setiap rumah disibukkan dengan aktivitas membuat ketupat. Dari mulai orang tua, hingga muda-mudi giat menganyam janur. 

Agar mendapatkan hasil yang baik, maka dibutuhkan keterampilan untuk membuat ketupat. Tidak jarang, banyak di antara muda-mudi yang tidak bisa membuat ketupat. Alasannya karena sulit dan malas. 

Ada mitos yang berkembang saat membuat ketupat. Mitos ini membayang-bayangi pemuda di kampung. "Lamun ore bise gawe kupat bakale kon nyangge kontol Bima". Konon, kemaluan Bima besar sekali. Adanya mitos ini banyak yang belajar serius agar bisa membuat ketupat. 

Namun tidak semua membuat ketupat sendiri. Dianyam sendiri. Beberapa keluarga membeli urung ketupat/wadah ketupat yang sudah jadi. Biasanya, menjelang qunutan banyak para pedagang yang menjual urung ketupat di pasar. 

Esok harinya, urung ketupat (wadah) yang telah dibuat kemudian diisi dengan beras. Sekitar pukul 04.00 dini hari, ibu-ibu mengisi urung ketupat dengan beras dan bapak-bapak mempersiapkan kayu bakar untuk memasak ketupat. Dibutuhkan waktu sekitar 5-6 jam untuk merebus ketupat.

Di malam ke-16 bulan Ramadan, ba'da shalat tarawih, ketupat-ketupat yang telah matang dibawa ke Masjid. Biasanya, tidak hanya ketupat saja, melainkan opor dan jenis sayur lain menemani ketupat di dalam besek. Di Cilegon, Banten, tradisi ini dinamakan qunutan atau kupatan. 

Qunutan merupakan tradisi ngeriung ketupat yang dilaksanakan setelah berpuasa Ramadan selama lima belas hari. Tujuan diadakannya tradisi ini yaitu sebagai ucap rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa karena telah melaksanakan ibadah puasa setengah jalan. 

Selain itu, tradisi qunutan juga memiliki makna lebih dari sekedar membuat ketupat saja. Tradisi qunutan memiliki makna sebagai ruang silaturahmi antar umat muslim. Satu sama lain bisa saling bertemu ketika ketupat dido'kan. Satu sama lain dapat merasakan rasa ketupat tetangganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun