Mohon tunggu...
Bany Tamim
Bany Tamim Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya rumput berharap hidup tanpa diinjak

Bany tamim adalah nama pena dari Mutammim, Penulis lahir di Sampang 1996.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Hidup

17 Oktober 2016   12:42 Diperbarui: 17 Oktober 2016   12:50 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbuh di pucuk reranting
kenalkan dunia dari sebutir hingga segenggam lebih,
terasa indah dengan keelokan bunga
yang enggan udar dari kelopaknya.

Semangat kian membubung guna menengok yang lebih indah
hingga tanpa di tilikpun mampu dikenal:
daun itu tampak hijau melambai tenang

kini bergelantung
olang aling embusan angin ramah
semakin tak kuasa dengan muslihat dunia,
sebabkan, nikmat kadang tak ditoleh
mengalpakan rasa syukur, tertinggal bersiul-siul.

Tak acuh, dia semakin beringsut
tergantikan oleh yang bru.

Seiring
matahari berlari rembulanpun berulang
Jemari musim menggamit, mengata kata pasrah untuk masa,

saling beradu mampu:
Kemarau, membawa bara matahari yang mengutuk
buat perahu dan pasir tak lagi berlaut.

Hujan, menyulap langit menjadi kelam
tak dikenal lagi pagi senja dan malam.

Warna hijau pun mulai memudar pucat
lalu daun itu luruh mengelupas ke tanah
serpih demi serpih dia punah
tampa daun dan kelopaknya musnah.

2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun