Mohon tunggu...
musyfiqur rozi
musyfiqur rozi Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa UIN Sunan Ampel

Alumnus PP Annuqayah Lubangsa Utara

Selanjutnya

Tutup

Book

Rezeki Tidak Melulu tentang Harta

12 September 2022   22:22 Diperbarui: 12 September 2022   22:25 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Buku : Jika Tuhan Mengatur Rezeki Manusia, Mengapa Kita Harus Bekerja?

Penulis : Imam al-Muhasibi

Penerjemah : Abdul Majid, Lc.

Penerbit: Turas pustaka

ISBN : 978-623-7327-70-7

Terbitan: Cet. 1, Juli, 2022

Peresensi : Musyfiqur Rozi*

Kekayaan (uang, rumah mewah, kendaraan yang mahal, harta berlimpah) seringkali dijadikan tolak ukur dari sebuah rezeki. Padahal, esensi dari rezeki tidak hanya berkutat pada harta benda duniawi. Akan tetapi, rezeki menyangkut segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh kita, baik secara material maupun spiritual, baik digunakan di dunia, maupun di akhirat.

Bekerja mencari nafkah adalah konsekuensi dari keberadaan manusia di muka bumi. Satu perkara yang sepantasnya dilakukan. Dalam hadits disebutkan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah jika diniati baik. Dengan bekerja seseorang bisa menafkasi keluarga, berbagi harta dan lain sebagainya.

Belakangan ini, terjadi pemetaan antara ilmu fiqih dan tasawuf. Artinya, fiqih berbicara yang dhahir sementara tasawuf berbicara urusan hati. Sebagai ulama yang 'alim dan 'allamah, menguasai berbagai ilmu berbagai bidang, imam al-muhasibi yang notabane-nya adalah ulama tasawuf menulis kitab al-Makasib. Yakni kitab fiqih namun dibumbui dengan aroma tasawuf. Tak heran bila di sepanjang buku ini tidak hanya membahas masalah fiqih semata, akan tetapi nilai tasawuf yang tertanam juga sangat kental dan kentara.

Sebagai pengantar buku ini, Prof. H. Abdul Kadir Riaydi menyebutkan bahwa imam al-Muhasibi nyaris tidak diakui aliran sanad tasawufnya. Ini dilantarkan tasawuf yang diperkenalkan olehnya bukan tasawuf biasa, akan tetapi tasawuf modern yang melampaui zamannya. (xv)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun