Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Marni

13 November 2021   17:05 Diperbarui: 26 November 2021   20:10 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ingsun yoon/unsplash.com

Sejenak melihat keadaan seonggok daging yang dilahirkannya itu mati, Marni merasa ada perasaan lega menyeruak di dalam benak dan hatinya.

Kemudian ia mengalihkan pandangan ke arah jam merk Seiko KW yang menempel di dinding biru sebelah kanan kasurnya. Terlihat oleh mata ngantuknya jarum pendek menunjuk ke angka satu dan jarum panjang menyalip tak jauh dari itu.

"Nanti, subuh saja kau kubereskan" Ucap marni dalam hati setelah sesaat mengarahkan kembali pandangannya ke arah seonggok daging itu.

"Hoamm."  Marni menguap sambil mengulet. Hawa dingin hilang berganti sumuk. Ia merasa kergerahan dan menceklik tombol kipas yang berada di samping kasurnya di angka dua. Kemudian merubuhkan kembali tubuhnya ke kasur.

Tanpa ambil pusing, ia langsung tertidur tak pedulikan seonggok daging, ari-ari dan darah telah membasahi permukaan kasur di bagian selangkangannya.

**

Jarum pendek terlihat sudah berada di antara angka empat dan lima. Marni terbangun oleh suara nyaring tangisan. Seonggok daging yang semula dikira mati ternyata kini bisa menjerit-jerit. Menjerit keras, seolah tak mau kalah berisik dengan bunyi dari toa-toa sember yang sedang bersahutan di tiap-tiap gang.

Tangisan bayi itu membuat Marni panik. Kuatir tetangga kontrakan ada yang mendengar. Lalu ia segera meloncat dari kasur. Menceklik tombol lampu utama kamar kontrakannya.

Begitu terang dan benda-benda dalam kamar kelihatan semua, Marni langsung mengangkat, menggendong bayi itu dan berniat ingin membekap mulut bayinya.

Namun belum juga telapak tangan Marni sampai membekap mulut, bayi itu sudah berhenti menjerit. Dalam gendongan Marni bayi itu kemudian tersenyum, lalu tertawa tanpa suara memperlihatkan gusi dengan kelopak mata masih rapat terpejam.

Tubuh bayi yang semula diam pun perlahan terasa menggeliat. Kaki bayi bergerak-gerak kecil. Masih dalam gendongan Marni, bayi itu  mengulet, tangan kiri terkepal mengarah ke wajah Marni seolah ingin menononjok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun