Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Lupakan Sarapan

21 September 2021   21:11 Diperbarui: 21 September 2021   21:16 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendorong gerobak - dokpri

Panggilan itu datang dari bapak-bapak, seorang suami berusia 40 tahunan. Dia dan istri sedang menjalani isolasi mandiri sudah jalan lima hari. "Istriku sedang dalam kondisi tidak karuan", katanya.
 "Tolong".
"Tapi maaf, semua rumah sakit sudah penuh, Pak", jawabku lesu.
"Tolong, Mas", katanya.


Kami langsung menuju rumah bapak itu. Jaraknya lumayan jauh di ujung. Ambulans harus melewati pasar dan kepadatan kendaraan jalan lainnya. Agak lama. Kami ngebut. Wiu-wiu. Sampailah di depan gang.

Di bawah sinar matahari yang membuat baju hantuku makin panas dan bikin perutku makin berisik, kami mendorong gerobak menyusur jalananan berpaving. Ketemu rumah Bapak itu.

Ketemu. Bapak itu duduk lemas di pintu. Wajahnya begitu lesu seperti belum pernah sarapan, sinar matanya padam penuh kesedihan. "Sudah tidak ada, Mas", Katanya lirih.

Kami terdiam. Berjalan perlahan memasuki rumah itu. Didapatilah tubuh istri Bapak itu telah layu di atas shofa. Nafasnya berhenti, denyut nadinya tak terdeteksi, pupil matanya tak bereaksi. Istri Bapak itu meninggal ketika sedang menunggu kami.

Sontak perasaan menyesal menyelimuti hati kami. Perasaan lapar karena tak sarapan juga membuatku tambah menyesal.
"Kami minta maaf, Pak".
"Tidak apa-apa, Mas. Terima kasih bantuannya".

Lalu kami menggotong tubuh Istri Bapak itu. Memindahkannya dari kursi ke tempat tidur. Rasa lapar membuat lenganku gemetar tapi untunglah aku masih kuat menahan berat tubuhnya. Kami merapikan posisi tubuhnya, kami selimuti dengan selembar kain batik tulis bermotif kembang, melafalkan sedikit doa yang kubisa.

Hingga matahari menjadi sangat menyengat, kami baru selesai koordinasi terkait proses pemakaman Istri Bapak itu. Dan setelah itu tidak ada panggilan gawat darurat lagi. Kami pun menuju ke kantor kembali untuk beristirahat sembari menunggu panggilan yang akan datang.
 
Aku melepas baju hantu setelah disterilkan. Tubuhku basah kuyup. Haus. Perutku nyeri minta segera diisi nasi. Tapi aku tahan tidak makan minum sebelum mandi. Mandi dulu baru makan. Usai mandi aku makan lahap sekali.

Keesokan hari aku masih baik-baik saja. Berangkat kerja melayani warga. Namun pada malam harinya aku merasakan ada keanehan dalam tubuhku. Badanku menghangat, punggungku pegal-pegal. Tidak mengganggu aktifitas. Tapi cukup membuatku curiga.

Jangan-jangan gara-gara kemarin tidak sarapan, imunku turun jadi kena. Aku memeriksakan diri, merelakan kapas putih menyodok lubang hidung kiriku. Perih sebentar. Dan hasilnya benar. Aku terkena sakit yang lagi ramai itu.

Semakin menyesal aku mengabaikan sarapan. Aku teringat kata dosen pembimbingku dulu, jangan tinggalkan sarapan, atau kamu akan jadi makin goblok dan gampang penyakitan. Entah ada bukti ilmiahnya atau tidak, sudah lama berhadapan dengan penyakit ini aman saja, baru kali ini setelah tidak sarapan bisa kena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun