Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Lupakan Sarapan

21 September 2021   21:11 Diperbarui: 21 September 2021   21:16 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendorong gerobak - dokpri

Tak lama sampai, ponsel call center sudah berbunyi. Ada panggilan. Seorang warga, perempuan, usia 50 tahunan mengalami sesak nafas tak tertahankan, panas lemas sekujur badan, perlu bantuan petugas kesehatan. Segera.

Aku dan tim bergegas memakai baju hantu. Lalu segera menunggangi ambulans menuju rumah ibu itu, melaju membelah jalanan dengan sirine nyaring, jangan sampai keduluan dengan malaikat kematian.

Sampailah di perkampungan. Untuk menuju rumah ibu itu kami harus melewati gang yang sempit. Agak kesusahan kami mendorong gerobak tidur ke sana. Tapi dengan beberapa akal-akalan akhirnya pertolongan pertama dan evakuasi menuju rumah sakit pun dapat dilakukan.

Belum sampai di rumah sakit, sudah ada panggilan lagi. Kali ini ada warga, laki-laki, usia 30 tahunan, merasakan kondisi yang sama dengan ibu yang sedang kami evakuasi. Kami minta ia menunggu. Segera setelah ibu ini sudah selesai ditangani tim langsung menuju ke situ.


Beruntung, ketika ditemui kondisi laki-laki itu masih baik, dan tidak separah apa yang diceritakan dalam panggilan sehingga cukup diberikan terapi agar sesak nafasnya berkurang lalu melanjutkan isoman tanpa perlu dirujuk ke rumah sakit.

Lalu ada panggilan lagi. Keluhan sama lagi. Dengan tubuh yang sudah mulai gerah, keringat bercucuran dan nafas yang tersengal kami bergegas menuju lokasi. Juga masuk ke dalam gang sempit. Melakukan pertolongan, menggotong badannya, membaringkannya di gerobak, mendorong, memasukkan ke ambulans  lalu melaju menuju rumah sakit berkejaran dengan malaikat kematian.

Lapar, lapar dan haus sekali aku. Aku lupa tadi pagi belum sarapan. Tak menyangka mendapat rejeki panggilan beruntun seperti ini sampai tak sempat untuk membuka baju hantu ini. Tapi aku sudah terbiasa begini dulu --semasa jaman ngekos sudah sering kelaparan jadi masih bisa aku tahan. Masa begini saja mau pingsan.

Di rumah sakit, IGD hampir meluber. Petugasnya kerepotan, kelelahan, dan mungkin juga sedang kelaparan karena lupa sarapan. Seorang perawat muda cemberut kepada kami.

Kami tahu ia kesal dan lelah karena kami masih saja bawa pasien. Padahal ketersediaan ruang dan petugas tidak mencukupi untuk melayani banyaknya pasien. Tapi mau bagaimana lagi.

Untungnya dia masih menerima pasien yang kami bawa. Dengan nada lembut penuh kasian sembari membetulkan selang oksigen, perawat muda itu berkata kepada pasien yang gelisah "sabar ya, bu. nunggu ruangan".

Lalu ada panggilan lagi. Aduh. Di mataku muncul kunang-kunang. Dan Perutku barbar sekali, menusuk-nusuk paru-paruku sampai susah nafasku. Sabar sedikitlah, perut! Ini ada panggilan, hardikku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun