Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bedah Puisi: Bermodal Sendok Garpu Menjadi AU

7 Januari 2021   05:19 Diperbarui: 7 Januari 2021   18:55 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
congerdesign / pixabay

Tangkap layar kompasiana
Tangkap layar kompasiana

Saya rasa, bio itu memang mujarab. Ini terlihat dari betapa beliau sangat beruntung puisi "Jika Aku Sendok, Maukah Kau Jadi Garpu?" yang ia tulis beberapa waktu lalu dipilih editor Kompasiana sebagai Artikel Utama.

Puisi tersebut begitu sederhana. Penganalogian sendok-garpu untuk mengisi puisi tersebut sudah sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terkesan jenuh, kurang orisinil.

Pun dari segi penggunaan diksi. Mayoritas merupakan diksi yang umum biasa dipakai dalam keseharian. (Kecuali beberapa kata mapel biologi, sepertinya Penulisnya anak IPA). Keumuman diksi itu menjadikan keindahan sastra dalam puisi tersebut kurang menonjol.

Jika puisi tersebut dikirim ke media cetak semisal koran Kompas, atau dikirim ke media siber macam kompas.id, saya ragu editor media-media ini mau berkenan untuk memilih puisi itu sebagaimana yang dilakukan editor Kompasiana.

Namun itulah yang membuat Kompasiana istimewa. Betapa puisi sederhana sekalipun begitu dihargai. Editor tak pelit untuk menjadikan puisi yang sederhana sebagai puisi pilihan, bahkan kalau beruntung dapat pula memberikan Artikel Utama pada puisi kita (pernah beberapa kali puisi recehku beruntung dijadiin AU).

Itu yang Aku suka dari Editor Kompasiana. Dengan begitu, penulis puisi pemula, seperti saya, jadi terpacu untuk makin bersemangat dalam menghasilkan karya setiap harinya. Tentunya sambil terus melakukan perbaikan pada setiap puisi yang akan ditulis.

Membuat Puisi ala Siwi W. Hadiprajitno

Siwi W. Hadiprajitno dalam puisi "Jika Aku Sendok, Maukah Kau Jadi Garpu" menunjukkan kepada kita, bahwa menulis puisi itu ternyata mudah.

Tidak perlu muluk-muluk. Tidak perlu memaksa diri sampai pusing memikirkan penggunaan diksi biar jadi puisi yang keren. Cukup bermodal tema sederhana dan kosakata yang terbatas, kita pun sebenarnya bisa membuat puisi.

Hanya saja kita belum mau mencoba, atau sudah mencoba tapi takut hasilnya jelek. Padahal ternyata menulis puisi itu seperti sedang bermain, bermain kata-kata. Tinggal tulis saja.

Jika berminat menulis puisi, berlatih, bermain-main kata--sebagaiman puisi yang di tulis oleh Siwi W. Hadiprajitno, kita bisa mencoba membuat puisi serupa dengan tema cinta, lalu mencari benda-benda di sekitar kemudian dianalogikan dan uraikan persamaannya. Contoh:

  • Jika Aku Kopi, Maukah Kau Menjadi bibir?
  • Jika Aku Kopi, Maukkah Kau menjadi Puisi?
  • Jika kau embun, akulah daun-daun
  • Kau sepatu aku jejak-jejakmu
  • Jika Aku Senja, maukah Kau menjadi Jingga?
  • Kau awan yang tak pernah hujan
  • Aku saku kau kepinganku
  • Jika aku celana, maukah kau jadi resletingnya?
  • Jika aku kecup, maukah kau menjadi kening
  • Jika Aku Jika, maukah Kau menjadi Apabila?
  • Jika Aku Tiada, Kau harus selalu Ada
  • Apa lagi ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun