Bahkan ketika ada seorang pembaca yang memberi masukan, "Aku" dalam puisi terkesan mengabaikan masukan dari pembaca itu.Â
Biarkan kata-kata mengembara/ Di jalan yang merdeka/. "Aku" tak terpengaruh oleh masukan seorang pembaca itu. "Aku"Â terus saja menulis sesuai dengan kemauannya sendiri.Â
Egois, menulis untuk memuaskan diri sendiri, tanpa mempedulikan bagaimana kepuasan pembaca, memang prinsip yang umum digunakan oleh banyak penulis.Â
Prinsip menulis seperti itu terutama kerap kita temui digunakan oleh para penulis puisi. Mau dibaca atau tidak, terserah, yang penting saya bahagia!
FS dalam puisi "Kata-kata yang Ingin Aku Katakan" itu dengan jelas menggambarkan kepada kita tentang fenomena hubungan antar penulis dan pembaca tersebut.
Secara apik FS menyajikan bagaimana tokoh "aku" yang merupakan seorang penulis puisi mengungkapkan prinsip bebas merdekanya dalam menuliskan puisi-puisinya.
Kemudian ketika ada pembaca yang memberikan masukan atas puisinya, tokoh "aku" si penulis puisi itu secara cerdik bersembunyi di bawah kalimat "ya terus kenapa? aku kan bukan pujangga".
Ketika penulis puisi sudah mengeluarkan jurus seperti itu, maka si pembaca pun tidak berkutik. Pembaca itu akhirnya pasrah saja mendapati masukan yang ia sampaikan hanya dianggap angin lalu bagi penulis itu.
 Menurutmu bagaimana?
Ternyata, walaupun ditulis dengan diksi dan majas sederhana, Puisi berjudul "Kata-kata yang Ingin Aku Ungkapkan" karya FS ini menarik dan seru sekali untuk kita kaji lebih dalam, bukan?
***