Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keping-keping Dosa dan Luka

12 September 2020   21:54 Diperbarui: 12 September 2020   22:01 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku harus Pulang

Bibirmu masih rekah. Keningmu masih basah. Dan masih ada beberapa bagian tubuhmu yang belum sempat aku jamah. Tapi aku harus segera pulang. Isteriku sudah lama menungguku di rumah.

Sepulang Kerja

Sepulang kerja tubuhku terasa pegal-pegal. Lelah sekali. Rasanya aku ingin segera rebah tanpa harus melepas kemejaku yang basah. 

Tapi sepertinya ada yang salah. Sudah enam kali jemariku mengetuk pintu rumah. Belum ada juga senyuman yang biasa membukakan pintu ini dengan ramah.

Lalu aku berjalan ke samping rumah. Kakiku menginjak ranting-ranting pohon jambu sampai patah. Dari balik jendela, mataku menyelidik menyusuri celah-celah kain gorden. Mataku menyalak, mendapati Isteriku tengah pasrah dililit seekor ular merah.

Curhat

Siang itu, waktu isitrahat. Di sebuah kafe seberang jalan. Aku menepati janjiku untuk hadir memasang dua daun telingaku lebar-lebar dengan seksama mendengar suara lembut keluar dari bibir bergincu merahmu.

Buliran kaca yang tak sempat jatuh dari matamu membuatku menyimpulkan bahwa kamu sosok wanita yang tangguh. Aku luluh ketika lentik jemarimu menggapai jemariku yang sedari tadi kugeletakkan lemas di atas meja. Halus genggaman tanganmu membuatku sejenak melupakan Isteri cerewet yang baru saja kubunuh.

Gosip

Gawat, Mas! Tukang sapu itu sudah tahu hubungan terlarangku dengan dirimu. Dia bilang melihat adegan kita bermain kupu-kupu di sudut ruangan itu kemarin sore! Aku sudah beri dia seratus ribu untuk bungkam, tapi dia minta aku menyerahkan kaki-kakiku! Aku harus bagaimana?

Gosip pun sudah samar-samar menyebar. Orang-orang kantor mulai mencium hubungan ini. Tatapan mereka curiga selalu membuntutiku. Bagaimana kalau mereka sampai tahu? Bagaimana kalau Suamiku tahu? Bagaimana kalau anak-anakku tahu? Aku harus bagaimana, Mas?

Heh, Kau dengar tidak? Jangan diam saja, Mas! Tolong Aku! 

Timpuk

Hari ini aku berbahagia. Sesaat lagi keras tubuhku akan mensucikan kembali sepasang manusia, pria dan wanita yang saling mencintai. Lihatlah wajah sumringah keduanya menyembul di sela-sela tanah. Sepertinya mereka sudah siap kuselamatkan.

Bluk! Gedebluk! Bunyi dua batok pecah terhantam batu-batu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun