Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belajar Soal Kematian di Wisata Tsunami Aceh

18 Juli 2019   11:32 Diperbarui: 18 Juli 2019   11:39 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi-pagi saya dan nyokap udah cussss pakai mobil bang Faisal yg juga punya aceh adventure dan pernah guide tim My Trip My Adventure untuk eksplorasi wisata tsunami Aceh. Lumayan murah rentalnya Rp 400 ribu udah sama sopir tapi belum bensin dan dia termasuk orang yang gak tanggung nganterin kemana-mana bahkan medan susah sekalipun sampai mobilnya berdecit kelelahan, dan dia tidak mengapa.

Sebelum makan kita sempetin sarapan dulu pagi-pagi, awalnya pengen keluar hotel jam 6 pagi, lagi-lagi lupa kalau jam 6 di sana kayak jam 5 di Jakarta. Setelah tunggu beberapa saat, mulai deh kondisi ramai, banyak yang jualan nasi gurih yang seporsinya sekitar kurang dari 10 ribuan rasanya enak mirip nasi uduk tapi lauknya lebih beragam serta lontong sayur yang tak kalah menggiurkan.

Kuburan Belanda, Kerkhof

Tempat pertama yang kita singgahi di hari kedua adalah kuburan Belanda yang dekat dengan masjid raya dan museum tsunami. Waktu tsunami puluhan makam hilang disapu air dan rusak tapi sudah diperbaiki. Tidak ada yang spesial cuma mirip dengan kuburan-kuburan klasik di Jakarta.

Museum Tsunami

Masuk ke museum tsunami gratis, karena lagi musim batu akik jadi lah itu di depan museum banyak jual batu akik termasuk batu giok yang tempo hari ditemukan di dalam hutan Aceh.

Arsitekturnya keren, sebenarnya museum ini gak besar-besar amat tapi arsitekturnya yang bikin kelihatan luas. Ridwan Kamil arsitek di baliknya. Masuk di sana lumayan merinding karena harus masuk ke dalam gua dulu diiringi percikan air di sekelilingnya. baru deh ada semacam exhibition pameran bekas-bekas tsunami.

dokpri
dokpri
Selain itu di dalamnya ada kantor dan bioskop mini. Waktu itu, nebeng sama anak sekolah yang nonton kembali tragedi tsunami di dalam studio mini. Di tengah film beberapa anak-anak terisak, gimana coba korban tsunami diperlihatkan lagi kepedihan itu. Ya keingetan sedih lagi. Gak terkecuali bang faisal yang kehilangan hampir seluruh keluarganya, dia enggan banyak bicara ketika diungkit itu lagi, dan saya cukup tahu diri untuk ga mau tanya lagi.

Dalam museum seperti rangkaian perjalanan mulai dari masa kelam sampai masa move on orang-orang Aceh. bagus banget konsepnya ada ruang mirip cerobong asap yang di dalamnya ada nama-nama korban dan di atas ada tulisan para korban ada nama Allah, mungkin makna metafornya semua kesedihan kembali kepada tuhan.

Kapal apung

Setelah dari museum, kita ke kapal apung PLTU yang nyasar sampai ke kota. kapalnya besar tapi ya begitu saja, cuma lihat-lihat kapal dan kayaknya mau dibangun museum di dalamnya. Bagus kalau bener-bener diubah kayak museum tsunami. Di sini saya ketemu wisatawan dari Malaysia. yang sudah ibu-ibu dan sepuh tapi kuat panas-panasan dan naik tangga kapal. salut!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun