Mohon tunggu...
Mustika Meinasty
Mustika Meinasty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Profesi Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Psychological Well Being dalam Filsafat Manusia

22 Januari 2022   21:00 Diperbarui: 23 Januari 2022   19:54 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat adalah cabang ilmu pengetahuan yang dalam setiap saat menggunakan pemikiran secara dalam, luas, radikal, serta berpegang teguh pada kebijakansanaan saat memandang suatu masalah yang ada.  Filsafat akan berusaha menemukan hakikat atau maksud dari sebuah masalah tersebut. Filsafat manusia secara khusus menyoroti gejala dan kejadian manusia secara sintesis dan reflektif.  Sejak awal filsafat manusia memiliki peran penting pada disiplin keilmuan modern ini, menuntut untuk dapat bersifat universal juga dinamis. Sehingga filsafat manusia bukan hanya mengkritisi tentang hal-hal apasaja yang ada dalam diri manusia tetapi juga semua hal diluarnya yang berkaitan dengannya. 

Mendalami filsafat manusia berarti kita akan menalami  panorama imlu yang begitu luas, mendalam serta kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Bila kita berfilsafat mengenai kehidupan manusia,  manusia tentunya menginginkan sebuah pencapaian dalam hidupnya yakni kesejahteraan. Kesejahteraan (well being) ini dipertanyakan sebagai tujuan utama eksistensi manusia sudah menjadi perhatian filsafat sejak zaman dulu, hal itu tampak dari karya-karya klasik para filsuf. Misalnya seorang filsuf praSocrates, Demokritos, ia adalah orang pertama yang membuat gagasan bahwa satu konsep kunci dalam etika adalah eudaimonia/kebahagiaan. Setelah itupun banyak filsuf yang ikut mengkritisi menganai makna well being hinggaakhirnya manusia mengembangkan ilmu pengetahuan untuk memahami hal tersebut dan sebagai upaya untuk mencapainya, dimana ilmu yang mempelajari hal ini dikhususkan pada bidang ilmu Psikologi Positif yang dikenal sebagai Psychological well being.

Psychological well being dapat diartikan sebagai hasil evaluasi atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang dapat dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan harapan individu tersebut, dan digunakan sebagai gambaran kesehatan psikologis individu didasari oleh fungsi psikologis positif . Berikut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Psychological well being individu antara lain:

(1) Usia, dimana dimensi-dimensi dari Psychological well being seperti penguasaan lingkungan, dan otonomi akan meningkat searah dengan bertambahnya usia individu.

(2) Jenis kelamin, dimana perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi Psychological well being. Perempuan lebih mampu memiliki hubungan posif dengan orang lain dibandingkan laki-laki, dan wanita lebih dapat memiliki pertumbuhan pribadi yang baik dibanding laki-laki.

(3) Status Sosioekonomi, dimana individu yang lebih berpendidikan ternyata dapat memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi pula, dengan ini dimensi tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi individu juga dapat terpengaruhi.

(4) Budaya, ditemukan bahwa orang memiliki ukuran dimendi hubungan positif dengan orang lain lebih tinggi dibandingkan orang Amerika. Sedangkan orang Amerika lebih unggul dalam, pertumbuhan pribadi dan otonomi.

 (5) Pengalaman dan sejarah hidup, dimana pengalaman hidup dan sejarah hidup bisa mempengaruhi Psychological well being individu karena kehidupan individu, merupakan gabungan dari banyak peristiwa yang perah dialami individu berdasarkan sejarah hidup individu yang telah dilaluinya.

Pengetahuan mengenai hal ini tentulah didasari oleh kemampuan manusia untuk berfilsafat, sehingga membuahkan sebuah pemikiran-pemikiran yang dapat kita gunakan sebagai pedoman hidup manusia.

Referensi :

Aryati, A. (2018). MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT (Upaya Memahami Eksistensi Manusia). EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis, 7(2), 79. https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i2.1602

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun