Mohon tunggu...
Mustika Buana
Mustika Buana Mohon Tunggu... Ahli Geologi -

Merasa lebih sedikit kebaikan yang telah dilakukan dari yang lebih tua, lebih banyak keburukan yang telah diperbuat dari yang lebih muda...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Di Pilkada Ahok Sudah Selesai, tapi Ahok Belum Habis

13 Maret 2017   11:49 Diperbarui: 13 Maret 2017   12:01 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kasus penistaan agama yang menerpa Ahok sudah sedemikian kuatnya mengeropos elektabitas dirinya dalam Pilkada DKI 2017 ini. Sampai-sampai di Survey MEDIAN baru-baru ini 25% lebih pemilih Anis Sandi adalah orang-orang yang memilih atas dasar "Yang Penting Bukan Ahok". Semakin mendekati putaran kedua nanti, sangat besar kemungkinan kasus yang menimpa Ahok ini akan semakin digoreng sedemikian rupa, sehingga persentase yang memilih Anis Sandi atas dasar "yang Penting Bukan Ahok" akan semakin besar. Ahok pada akhirnya akan kalah. 

Kasus penistaan agama itu sendiri sebenarnya sudah selesai sejak Haabib Rizieq menyatakan dalam ceramahnya bahwa memang ada orang yang menggunakan Al Qur'an untuk menipu umatnya. Meskipun yang dimaksud orang itu beda orangnya, yang menurut Habib Rizieq orang tersebut disebut Ulama Usuu, sementara yang dimaksud Ahok adalah orang dari partai politik , tapi pada hakekatnya adalah sama saja.

Namun kasus yang menimpa Ahok tersebut sudah kadung berdampak buruk terhadap elektabilitasnya yang semakin hari semakin tidak dapat dibendung, karena terus digoreng hingga sampai kepada satu pilihan akan masuk neraka bagi siapapun Muslim yang memilih Ahok. Kalau pilihan sudah kepada akan masuk Neraka, sungguh tidak akan ada rasa-rasanya jurus ampuh apapun yang bisa mengatasinya. Apalagi yang terakhir isu tidak akan disholatkan di Masjid-Masjid tertentu bagi Muslim yang meninggal yang pilihannya jatuh kepada Ahok. Sungguh tidak ada kata apapun yang mampu mengungkapkan betapa beratnya persoalan yang sedang dihadapi oleh seorang Ahok. 

Pesimiskah pandangan ini ?. Tidak sama sekali.

Ada satu keyakinan yang mungkin sedikit kontroversial, bahwa sesungguhnya pada mulanya (sebelum pidato di Kepulauan Seribu), Ahok diyakini akan melenggang kangkung menuju kursi DKI 1. Andaikata pidato di Kepulauan Seribu itu tidak terjadi, maka Ahok kemungkinan jadi sebagai DKI 1. Lalu sampai 5 tahun kemudian Ahok menghajar habis-habisan tikus-tikus korupsi yang ada pada wewenangnya. Tapi itu cuma tikus-tikus kecil, karena cuma di lingkungan propinsi. Sementara tikus-tikus gede di luar sana Ahok tidak punya kuasa untuk membasminya. 

Tapi rupanya ada sebagian orang yang secara tidak sadar dan tidak sabar, telah mendorong Ahok masuk ke dalam kasus penistaan agama yang seakan-akan menjungkalkan Ahok dari kemungkinan terpilih sebagai DKI 1 . Tapi sesungguhnya mereka itu bukan menjungkalkan tapi menjungkitkan Ahok lebih cepat ke tingkat yang lebih tinggi dari sekadar hanya punya wewenang sebatas Gubernur DKI. Mereka itu sesungguhnya telah mempercepat proses Ahok untuk lebih powerfull. 

Boleh saja pandangan optimis di atas untuk saat ini terasa tidak masuk diakal. Tapi mari kita tunggu sampai pada waktunya nanti, beberapa waktu setelah Pilkada Putaran Kedua berakhir, apakah prediksi ini hanya diawang-awang ataukah betul-betul terjadi.  Jika ini terjadi, tidak heran kemudian diantara mereka yang menjungkalkan Ahok itu akan kena batunya.

Maka saya akan tetap optimis terhadap Ahok meskipun kemudian Ahok ternyata kalah di putaran kedua Pilkada DKI 2017 ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun