Mohon tunggu...
Mustiawan
Mustiawan Mohon Tunggu... -

Bendahara PP. Ikatan Pelajar Muhammadiyah | Bendahara PP. Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalijodo: Antara Trik dan Intrik

4 Maret 2016   09:43 Diperbarui: 4 Maret 2016   11:17 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa pekan yang lalu kita telah disuguhkan dengan berbagai pemberitaan kalijodoh. Perhatian masyarakat terus di pusatkan pada pemberitaan kalijodoh antara trik dan intrik.

Banyak oknum yang mencoba memnfaatkan isu ini. kalijodoh dilempar kepermukaan untuk menarik perhatian masyarakat, membangun simpati masyarakat dan juga di manfaatkan oleh sebagian oknum membranding diri.

Kalijodoh menurut hemat saya isu utamanya adalah bukan prostitusi. prostitusi hanya dijadikan sebuah bungkus untuk menghimpun kekuatan dari masyarakat atas misi pemerintah DKI. Permasalah kalijodoh sebenarnya adalah konflik agraria yaitu permasalah pembebasan tanah. Tanah yang seharusnya tidak menjadi tempat hunian masyarakat atau dikenal dengan lahan hijau terus menjamur dan padat menjadi perkampungan yang telah berdiri bertahun-tahun lamamnya.

Proses pembebasan tanah dibanyak kasus selalu diikuti drama yang cukup fantastik, memilukan dan mangharubiru antara masyarakat penuhi tempat tersebut dan pemerintah yang berkuasa atas tanah tersebut. Masyarakat selalu di kontruksi sebagai bagian yang tertindas yang haknya direnggut, sedangkan aparatur negara yang menjalankan tugasnya untuk menertibkan dan mengeksekusi tanah dari masyarakat selalu di kontruksi sebagai sosok yang antagonis dan penuh intimidasi. Drama ini menguras dan mengaduk-ngaduk emosi masyarakat yang menyaksikan melalui berbagai media, merasa miris akan nasib masyarakat yang diperlakukan tidak lazim dan diusir dari huniannya selama ini. Masyarakat penghuni pun melakukan berbagai reaksi dan ekpresi yang menguatkan penikmat media yang menyaksikan tragedi itu, menangis, marah, histeris dan lain sebagainya yang membuat semakin kuat prespektif masyarakat bahwa mereka adalah sekumpulan orang yang terintimidasi.

Trik Kasus kalijodoh cukup unik, isu prostitusi dilempar dan menggelinding bak bola salju dan terus mendapat animo positif dari seluruh masyarakat. Dukungan untuk membumi hanguskan kalijodoh sebagai pusat penyakit masyarakat semakin menguat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal ini juga menjadi sebuah senjata oleh pemerintah DKI untuk melancar aksisnya untuk segera melakukan eksekusi peratahan bangunan.

Ini sebuah strategi dan kecerdasan pemerintah DKI dalam membebasakan lahan yang seharusnya tidak menjadi tempat hunian. Trik dengan melempar dan membangun opini yang fokus tentang kalijodoh sebagai pusat prostitusi sangat efektif untuk mendulang dukungan dari masyarakat, sebagai bentuk kekuatan bagi pemerintah DKI dalam bertindak. Hal ini nampak jelas ketika ada beberapa media yang memberitakan akan adanya perlawana dari PSK (Pekerja Seks Komersial) yang akan melalukan telanjang  berjamaan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah DKI juga tidak kunjung terbukti. Jelas ini bahwa isu prostitusi hanya dibuat untuk membangun dukungan dari masyarakat luar guna meratahkan bangunan dari masyarakat setempat.

Mari kita ingat, penutupan prostitusi yang konon terbesar di Asia Tenggara dan dikenal dengan sebutan Dolly yang dilakukan oleh wali kota Surabaya. Kasus Dolly dan Kalijodoh meliki kemiripan yaitu pada momentum waktunya, dilakukan dipenghujung periodeisasi sang penguasa dan tepat disaat proses memilihan akan berlangsung. Secara politis ini sangat adalah sebuah strategi yang sangat prestisius untuk menarik perhatian dan mendulang simpati dari masyarakat.

Sekali tepuk, tiga nyamuk didapat. Mungkin ini filosofi yang mungkin tepat untuk menggambarkan kasus ini. Tiga benefit yang sekaligus didapat pertama, pemerintah dengan mudah mendapatkan lahan hijau tanpa bertikai dengan penduduk setempat. Kedua, Pemerintah sekaligus dapat membubar prostitusi yang sangat terkenal di Jakarta yang konon belum ada pemimpin yang berhasil membubarkan pusat penyakit masyarakat ini. Ketiga, Naiknya citra positif Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Calon Gubernur DKI Jakarta yang akan datang sebagai Gubenur Non Muslim yang bersikap dan tingkah laku muslim.

Kasus ini dapat dijadikan contoh oleh pemerintah dalam menyelesaikan kasus yang berhimpitan langsung dengan masyarakat. dalam menyelesaikan kasus dengan masyarakat harus juga mendapat dukungan dari masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun