Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Real Sultan Tak Pernah Pamer Kekayaan!

2 Agustus 2021   01:52 Diperbarui: 2 Agustus 2021   12:39 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidik Layar Rans Entertainment via Kompas

Sampai saat ini, di tengah semakin menggilanya dunia per-medsosan, banyak yang meyakini, bahwa Sultan yang sesungguhnya (The Real Sultan) tidak pernah pamer kekayaan. Minimalnya, jika pun ada, tak seberapa banyak jika dibandingkan dengan mereka yang memilih diam. Jika pun ada -sekali lagi- yang dimunculkan di medsos, biasanya adalah hasil liputan yang kadang orangnya pun tidak meminta.

Oke. Jika anggapan tentang Sultan dipersepsikan melalui kekayaannya, maka yang paling layak diberikan gelar Sultan tentu adalah mereka yang nangkring dalam daftar orang-orang paling kaya di dunia. Tapi pernahkah kita melihat Jeff Bezos, Elon Musk, atau mungkin Bill Gates muncul di medsos lalu petantang-petenteng kesana-kemari memperkenalkan kekayaannya?

Justru sebaliknya, sebagian besar dari mereka memilih hidup lebih "sederhana", dalam arti jika dilihat dari kemampuan mereka untuk hidup mewah dan habis-habisan untuk berfoya. Tentu mereka sangat bisa untuk melakukannya, mereka juga memiliki kekayaan dan kemewahan ssbagaimana yang lainnya, tapi nyatanya lebih memilih untuk tidak norak dan lebay dengan memamerkannya.

Barangkali, menurut mereka, ada banyak cara yang lebih terhormat untuk mengajarkan tentang semangat, optimisme, kerja keras, cara mencapai tujuan, membangun energi, managemen keuangan, dan alasan lainnya sebagaimana sering diungkapkan oleh mereka, orang-orang kaya, yang sering pamer muka dan harta di laman medsos mereka lalu saling sebut masing-masing dengan panggilan Sultan.

Kita sering menjumpai Bill Gates, Bezos, Elon, atau mungkin Zuckerberg tampil dengan out fit "seadanya", -tentu saja masih mewah kalau versi kita-kita yang memang seadanya-. Tak ada barang-barang branded yang kerap dijadikan representasi dari kemewahan seperti Gucci, Louis Vuitton, Versace, Prada, Armani atau yang lainnya. Asal nyaman dipakai saja, menurut mereka. Padahal, mau beli perusahaan dan gudangnya sekaligus pun mereka mampu melakukannya.

Begitu juga dengan orang-orang paling kaya di Indonesia, tak begitu banyak suaranya. Hartono bersaudara, Sri Prakash, Jerry Ng, Prajogo Pangestu, dan nama-nama lainnya bahkan terasa asing, kecuali Chairul Tanjung yang lebih mendingan karena menjadi bos media. Nama-nama mereka baru kita ketahui, kalau kita butuh informasi saja siapa orang terkaya di Indonesia.

Bambang Hartono malah menjadi atlit bridge pada Asean Games dan berhasil membawa medali. Lucunya, sebagai pemegang saham BCA ia mendapatkan bonus uang dalam bentuk tabungan BRI. Beberapa kali, ia juga terlihat makan sederhana di warung pinggir jalan. Pun begitu juga dengan yang lainnya. Cerita-cerita kesederhanaan mereka, orang-orang terkaya di dunia atau pun di Indonesia, banyak dipenuhi keunikan. Bukan soal pamer-pamer kekayaan.

Kita justru kerap dibuat tercengang oleh mereka melalui sumbangan-sumbangannya untuk kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, dan perbaikan kehidupan. Melalui yayasan atau filantropi, mereka bisa memberikan milyaran bahkan triliunan untuk ikut berperan. Tak perlu ada kelebayan melalui video atau konten yang dibuat serial seperti berbagai jenis give away yang kesan "jualan" dan memainkan sisi psikologisnya lebih tampak dibandingkan besaran dan nilai sumbangannya.

Seperti mendapatkan durian runtuh. Memanfaatkan popularitas yang dimiliki akan ada banyak sumbangan untuk dibuat give away, ada sponsor yang memberi, plus akan ditonton oleh jutaan viewer yang sudah pasti bernilai adsense. Semakin jadi itu barang.

Sekarang, punya McLaren, Ferrari, atau Lambo sebiji saja, seolah merasa berhak disebut Sultan. Kaya sedikit, pamer di medsos. Tak peduli endorse atau kreditnya panjang, asal bisa memperlihatkan barang-barang branded yang harganya selangit. Setelah itu, berselancar di medsos memberi pengumuman jam tangannya yang milyaran, out fit-nya yang ratusan juta, pamer-pamer isi rekening, bahkan mungkin dalemannya yang puluhan juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun