Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terorisme dan Bisnis Syariah Bodong Semakin Merusak Citra Islam

29 November 2019   00:30 Diperbarui: 29 November 2019   12:26 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
m.liputan6.com & diskartes.com

Kita mungkin akrab dengan diktum sederhana, bahwa Islam itu suci, tapi tidak dengan pemeluknya. Islam suci karena ia datang dari Allah secara langsung melalui utusan-Nya yang ma'shum. Sementara pemeluknya adalah hamba, adalah manusia, yang tak bisa lepas dari lupa, alpa, dan dosa.

Jadi secara sederhana saja, sebenarnya sangatlah berat bagi manusia yang tak luput dari salah dan dosa itu untuk memikul dan melaksanakan pesan-pesan Islam yang selamanya akan tetap suci itu. Itulah kenapa umat Islam selalu membaca ihdinash shiratal mustaqim, meminta petunjuk ke jalan yang lurus karena potensi salah, luput, dan dosa selalu menghantui umat manusia.

Artinya, mungkin saja, pada titik tertentu, manusia tertentu "memaksakan" diri mengatasnamakan Islam namun sebenarnya yang dilakukan itu menjadi penyebab lahirnya interpretasi buruk tentang Islam. Di tengah situasi dunia yang "digiring" untuk memuluskan hajat "Islamophobia" di berbagai negara di dunia, sebagian pemeluknya justru kerap memaksakam diri menggunakan diksi atas nama Islam yang suci itu (syari'at atau syar'ie).

Apa contohnya? Dua hal "mengerikan" yang kerap terjadi di dunia modern saat ini, yaitu terorisme atas nama Islam dan kegiatan bisnis syar'ie, Islami, meski ujung-ujungnya bodong karena sama sekali tak sesuai dengan prinsip-prinsip, value dalam Islam, termasuk tidak masuk akal dari sisi prinsip-prinsip keuangan.

Masalahnya, ketika agama sudah dibawa-bawa, tak banyak yang bisa menolaknya. Melakukannya, bahkan, dianggap suci juga. Agama dijadikan alasan sekaligus kekuatan munculnya ketakutan untuk melakukan perilaku tertentu, meski sebenarnya menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Kita bisa berdebat panjang lebar soal ini, tapi rerata orang akan berpikir ulang jika sudah mendengar "demi agama", meski yang "demi" itu adalah interpretasi dan tafsir manusia yang, kadang masih, ditafsirkan ulang sesuai kehendak dan rasa suka.

Pertama, terorisme. Soal ini sebenarnya harus dilepaskan dari agama tertentu karena faktanya, terorisme bukan bagian dari ajaran agama manapun. Tapi kita juga tak bisa memungkiri fakta yang lainnya, bahwa umat Islam banyak yang terlibat dalam kasus terorisme. Entah sudah berapa kali bom meledak di negeri ini, tak sulit mencarinya. Mbah Google sangat bisa memberikan informasi selengkapnya.

Kalau kita sepakat, bahwa terorisme adalah musuh bersama yang tidak menjadi bagian dari ajaran agama Islam, tulisan ini tidak untuk mengulasnya lagi. Tidak juga untuk mengulas bagaimana mereka melakukan perekrutan dan brain storming terhadap otak para pelaku. Bahasan itu terlalu "berat" bagi penulis yang tak mau sok paham tentang itu.

Tapi yang jelas, tindakan terorisme bukan ajaran Islam yang rahmat. Apalagi dalam setiap kali peristiwa terorisme terjadi selalu ada kaitannya dengan gerakan internasional, yang dimodali dan dibiayai. Dipersiapkan untuk menjadi pengantin yang siap mandi dari air yang mengalir di taman surga, begitu katanya.

Tulisan ini pun tidak untuk menghakimi "nasib" para pelaku di akhirat kelak, karena yang jelas, dosa terbesar ada pada "para penyuruhnya" yang menjual agama atas kepentingannya. Sebab andai saja benar apa "yang dijanjikan" oleh ayat atau hadis yang mereka yakini, tentulah para petingginya yang akan melakukan pertama kali, bukan mencari orang untuk melakukan tindakan terorisme dengan meledakkan diri sendiri.

Jelas tindakan terorisme yang dilakukan oleh segelintir umat Islam itu sangat merugikan bagi Islam sebagai sebuah agama karena yang rusak Islam sebuah sebuah agama. Maka, kita pun tak bisa memungkiri, bahwa ketakutan terhadap Islam, justru diprakarsai oleh segelintir penganutnya yang merasa paling Islam dan paling benar dalam menjalankan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun