Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ke Manakah Kader-kader Milenial di PSI?

24 November 2019   12:03 Diperbarui: 24 November 2019   12:15 1878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bro and Sis, Presiden Jokowi secara resmi telah mengumumkan dan melantik para Menteri yang akan membantunya, para stafsus yang akan membersamainya, serta para pembantu dari pembantunya aka Wamen yang semuanya diangkat untuk menciptakan perubahan dan memajukan Indonesia.

Bro and Sis, akhirnya teka-teki yang selama ini menghantui sebagian masyarakat kita telah terjawabkan, termasuk dua hal menarik yang menjadi pantauan khusus, yaitu bergabungnya Prabowo Subianto dan Edhy Prabowo (Partai Gerindra) ke dalam koalisi serta siapa saja yang mengisi posisi dari kalangan milenial.

Bro and Sis, soal posisi Menteri dari kelompok milenial ini sebelumnya beredar nama-nama seperti Grace Natalie (PSI), Tsamara Amany (PSI), Agus Harimurti (Demokrat), Wafa Taftazani (CSP Youtube di Google), Nazim Machresa (Grid.Inc), Angela Herliani (Perindo), dan Nadiem (Go-Jek). Pada akhirnya, hanya Nadiem yang terpilih menjadi Menteri, sementara Angela diangkat menjadi Wamenparkraf. Lainnya, kembali ke posisi semula.

Bro and Sis, lalu bagaimana dan dimana posisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai yang mengaku paling milenial dan dihuni oleh manusia-manusia milenial? Lalu dimana posisi mereka saat secara mati-matian mengusung dan mendukung Jokowi pada Pilpres lalu? Dimana posisi mereka dengan idealisme-nya serta konsep milenialnya?

Kemanakah Grace Natalie, Tsamara Amany, Rian Ernest, Juli Antoni, Isyana Bagoes, atau mungkin Faldo Maldini yang sudah hijrah itu, barangkali juga Guntur Romli yang hobinya nyinyir itu? Tapi sebagian dari mereka, kan, memang bukan milenial dan hanya suka membawa-bawa isu milenial. Benar juga. Tapi tidak juga, masih banyak, kok, yang milenial dan bisa "diajukan" atau "dikasih" ke Presiden ketika namanya diminta, sebut saja si Dedek "Uki" Prayudi yang suka twitwar itu.

Hanya ada nama Surya Tjandra sebagai Wamen Agraria dan Tata Ruang, yang tak bisa juga dikatakan sebagai bagian dari milenial karena usia hampir menyentuh kepala lima. Bahkan ketika pengumuman stafsus Presiden yang fenomenal kemarin itu, wakil PSI tak termasuk dalam tujuh (7) yang "dipajang" oleh Presiden karena Dini Shanti Parwono tak lagi bisa disebut milenial karena usianya 45 tahun.

Bro and Sis, kedua wakil PSI yang kerap membawa jargon milenial itu, sayangnya bukan orang-orang milenial. Semacam keanehan dan kejanggalan. Mestinya untuk semakin menguatkan rasa milenial dari PSI, orang-orang yang diberi jabatan dan merapat ke dalam kekuasaan adalah kader-kader milenial. Tapi rupanya, itu tak dilakukan. Entahlah, itu pertimbangan partai.

Bro and Sis, PSI yang berjuang berdarah-darah pada Pilpres, bahkan dimulai sejak mendukung Ahok dan sampai saat ini konsisten mengkritisi dan nyinyirin kebijakan Anies, hanya mendapatkan 2 jatah, dan itu pun diberikan pada yang bukan milenial. Perjuangan itu bahkan kerap kali dilakukan dengan melemparkan isu-isu sensitif yang menyakitkan dan cenderung membuat gaduh dibandingkan menciptakan solusi, dan pada sisi yang lain justru merugikan yang didukungnya.

Kader-kader kritis yang selama ini sering berkoar-koar di media sosial, mati-matian membela Jokowi dan menghinakan Anies sedemikian rupa, sebagiannya dengan diksi tak patut dan dengan cara-cara yang sedikit absurd, rupanya memang tak memiliki nilai tawar besar dalam proyeksi bagi-bagi kekuasaan.

Bro and Sis, PSI itu partai baru jadi wajar saja jika begitu. Oke. PSI itu partai modern yang memperjuangkan demokrasi, melawan diskriminasi, menjauhi perda syariah dan poligami, jadi tak perlu posisi. Perjuangan berdasarkan keyakinan dan prinsip partai. Kritis terhadap segala ketidak-adilan. Betul, tapi untuk pihak dan kelompok yang tidak didukung mereka, sementara untuk yang didukung, mereka cenderung mingkem dan berkelit.

Bro and Sis, PSI itu mendukung tanpa syarat, tanpa kepentingan, tanpa hitung-hitungan untuk bagi-bagi kekuasaan. Baiklah, betul. Tapi tagline seperti sudah menjadi "hak paten" Partai NasDem; mendukung tanpa syarat, tanpa mahar. Meski realitasnya, ya, seperti itulah. Jadi, lebih baik mencari cara berkelit yang lebih modern dan khas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun