Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mungkinkah AHY Menjadi Menteri? Membaca Kegetiran Terulangnya "Trauma" Politik Megawati

15 Oktober 2019   17:37 Diperbarui: 15 Oktober 2019   17:44 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram AHY & CNN Indonesia

Dinamika politik yang demikian cair ikut berperan dalam memunculkan pola negosiasi antar politik yang menafikan ketidak-mungkinan. Semuanya menjadi serba mungkin; bisa didiskusikan melalui secangkir suguhan; tawar menawar hingga berujung kesepakatan. Benar kata banyak orang, politik adalah seni segala kemungkinan untuk memuluskan kepentingan.

Gerindra yang dulunya menjadi lawan utama dari koalisi pendukung Jokowi-Maruf, mulai melakukan pergerakan yang dibaca banyak orang sebagai "proses rujuk". Prabowo mengunjungi tokoh-tokoh penting yang menjadi kunci koalisi. Dua kali bertemu dengan Jokowi, lalu bertemu juga dengan "Bos Besar" partai-partai koalisi, Megawati Soekarnoputri.

Maka tidak aneh ketika ramai kabar burung yang mengatakan, bahwa Gerindra juga akan mendapatkan posisi menteri di Kabinet Jokowi. Tentu tidak mudah untuk memuluskan itu. Gerindra harus mendapatkan restu, sebagaimana terkonfirmasi dari statement Puan Maharani.

Tak lama kemudian, seakan ingin "permisi", Prabowo menemui Surya Paloh, Ketum NasDem yang sebelumnya menjadi partai paling "keras" terhadap kemungkinan masuknya Gerindra ke koalisi. Selang sehari kemudian, Prabowo juga menemui Ketum PKB, Muhaimin Iskandar. Semacam safari politik yang membuat banyak pihak geleng-geleng kepala.

Gerindra relarif diterima meski kita semua tinggal menunggu, apa saja hasilnya beberapa hari ke depan.

Setali tiga uang, meski tak begitu kelihatan, Demokrat seperti melakukan pola yang sama. Sampai saat ini, belum ada kepastian akan dimanakah posisi Demokrat berada: antara mendukung atau tetap menjadi oposisi. Mungkin juga seperti biasa, kembali menjadi partai "tengah". Main aman. Tak memihak kemana-mana meski kecenderungannya pasti terbaca.

Mendekat malu, ditinggal seolah tak mau. Pola komunikasi politik Demokrat, melalui Agus Harimurti Yudhoyono (selanjutnya AHY), lumayan renyah dan diterima oleh banyak pihak. Meski terbentur dengan pengalaman politik yang minim namun Ketum Kogasma itu terus belajar dan menempa diri. Dalam banyak sekali kesempatan, SBY seperti membiarkan AHY belajar. Dalam banyak pertemuan dan acara, SBY selalu memberikan AHY peran.

Pasca Pilpres, dalam momentum Hari Raya Idul Fitri, ia bersilaturrahmi ke Jokowi lalu dilanjutkan ke rumah Megawati. Beberapa waktu kemudian, ia kembali bertemu dengan Jokowi di Istana negara. AHY kerap kali melakukan kunjungan dan silaturrahmi dan dalam banyak kesempatan, ia menjadi representasi dari Demokrat serta membawa nama besarnya Bapaknya: SBY.

Dari situlah kemudian seperti terbuka pintu negosiasi. Orang-orang penting di Demokrat mulai cooling down dan tak terlalu "sadis" mengomentari pemerintahan Jokowi. Beberapa yang lain, seakan "membuka diri" untuk terjadinya diskusi dengan alasan klasik: untuk kepentingan bangsa dan negara. Termasuk pertemuan antara SBY dan Jokowi kemarin, yang dibaca oleh banyak sebagai momentum eratnya negosiasi.

Maka tidak aneh ketika nama AHY selalu dikait-kaitkan dengan komposisi Menteri yang sedang disusun oleh Jokowi. Beberapa kali beredar nama-nama Menteri dan posisinya masing-masing, namun selalu terklarifikasi sebagai hoaks. 

Justru dari info yang beredar itu, hampir selalu ada nama AHY disitu. Ada yang meletakkannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, ada juga yang memosisikannya sebagai Mennko PMK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun