Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Apa dengan #AniesBaswedanForPresident?

16 Juli 2019   20:15 Diperbarui: 16 Juli 2019   21:08 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(TRIBUN NEWS / DANY PERMANA)

Beberapa waktu lalu, setelah pertemuan yang mengheboh-gaduhkan antara Prabowo-Jokowi pasca gelaran Pilpres, saya cukup kaget ketika membaca beberapa timeline di twitter soal Anies Baswedan. Narasinya kurang lebih sama, yaitu soal Anies Baswedan sebagai The Next President, Anies Baswedan for President, My Next President, dan tagline lain yang dibumbui dengan kalimat-kalimat yang tampaknya, bagi saya pribadi, semacam "semi-pelampiasan".

Tak hanya itu, dalam beberapa waktu, salah satu tagarnya berhasil menjadi trending di twitter. Meski tak bertahan lama, tapi isu itu semakin menguat dan santer, entah siapa yang mengalirkan dan melakukan, anggap saja, manuver.

Saya pendukung Anies Baswedan, sejak dulu saat mencalonkan sebagai gubernur hingga sekarang. Boleh saja teman saya yang (katanya) nasionalis-NKRI itu menjadi sinis karena ini, tapi bagi saya, ini soal pilihan.

Setidaknya, sampai sejauh ini saya melihat Anies bekerja, satu-persatu menunaikan janjinya untuk Jakarta, pelan-pelan memperbaiki Ibu Kota. Saat banyak yang menista, Anies menunjukkan prestasinya. Jakarta mendapatkan pengakuan dari banyak lembaga, negeri maupun swasta, bahkan apresiasi itu datang dari luar negeri, beberapa kali.

Artinya, jika mau menggunakan skala perbandingan, prestasi Anies Baswedan dan Jakarta dalam dua tahun terakhir bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya, tentu saja dalam beberapa sisi dan cakupan. Mudah, tinggal check data dan faktanya. Cukup siapkan paket datanya.

Maka ketika ada kelompok yang menyemburkan isu soal Anies Baswedan sebagai The Next President, terus terang saja, saya merasa khawatir dan agak kurang nyaman. Siapapun boleh menyampaikan aspirasi serta kehendak politiknya terutama ketika melihat peluang dan potensinya, tapi rasa-rasanya isu yang dihembuskan itu agak berlebihan, terlalu dini dan terburu-buru dikicaukan, menafikan realitas politik yang terus bergerak dinamis dan misterius.

Tentu siapa-lah saya yang hanya seorang kuli besi saja, tapi saya juga memiliki hak untuk menyampaikan uneg-uneg, bahwa narasi-narasi yang dibangun soal Anies Baswedan sebagai the next atau apapun istilahnya, lebih baik segera dihentikan.

Terlalu gak penting, terutama ketika melihat munculnya isu itu berbarengan dengan momentum yang menggaduhkan. Bagi saya, dan mungkin banyak yang lainnya, itu seperti pelampiasan atas kekecewaan. Euforisme sesaat untuk tetap menunjukkan kegagahan, meski sejatinya mulai rapuh tak tertahan. Dalam hal ini, mungkin saja asumsi saya tidak benar.

Kenapa perlu untuk segera dihentikan. Ada beberapa hal yang menurut saya penting untuk dipertimbangkan.

Pertama, biarkan Anies bekerja. Membangun dan memajukan Jakarta. Ada banyak janji yang belum ditepati. Warga Jakarta sedang menanti. Janganlah terlalu diganggu dengan urusan di luar kepentingan kerja kepemerintahannya, apalagi soal jabatan yang masih jauh berada di depan. Keberhasilan Anies akan menentukan dan siapapun bisa memberikan dukungan, pada waktunya nanti.

Kedua, peran partai politik. Kita hidup di negara dimana untuk memiliki pemimpin, pengajuannya harus melalui partai politik. Sementara Anies Baswedan bukan anggota partai politik manapun!. Sehebat apapun ia, akan berakhir nyesek jika tak ada dukungan partai yang cukup. Boleh saja menguasai media online atau apapun saja, bikin hastaq lalu trending, diolah sedemikian rupa, tapi itu tak akan berpengaruh saat dukungan partai tak ada.

Ketiga, politik dinamis. Sebab itulah ia lahir dari kesepakatan-kesepakatan untuk tercapainya kepentingan dan kemaslahatan. Politik tak pernah statis, maka siapapun dan apapun bisa berubah, termasuk partai politik dan Anies. Jangan sampai karena sedikit perbedaan, yang awalnya mendukung kemudian meninggalkan; awalnya mendorong tapi kemudian menjungkalkan.

Siapa yang akan menyangka Anies akan menjadi Gubernur dengan dukungan dari partai dan kelompok yang dulu menjadi lawannya, sebagaimana tak ada jaminan ia akan menolak tawaran dari partai dan kelompok yang sekarang menjadi "lawannya". Jadi, berharap (sikap dan pilihan) politik itu selalu statis dan sama, akan berakhir dengan menyakitkan. Mungkin saja.

Keempat, prinsip dan modal. Anies Baswedan, mungkin saja memang niatnya untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Kita bisa melihatnya sejak ia ikut konvensi Partai Demokrat beberapa tahu lalu. Tapi yang prinsip baginya sekarang adalah bekerja untuk memenuhi janji-janji politiknya. Selain itu, kita tahu, bahwa pesta demokrasi kita serupa pasar. Membutuhkan banyak modal, yang belum tentu juga dipenuhi oleh kelompok atau orang yang bela matian-matian sekarang.

Betapa nestapa dan nelangsanya jika suatu saat Anies berbeda, lalu dihina dan dicaci sedemikian rupa. Padahal yang dilakukannya adalah merajut perbedaan, menganggit kebersamaan tapi itu dimaknai sebagai pembelotan oleh kelompok tertentu yang secara konstitusional bukanlah partai atau pendukung struktural.

Entah bagaimanapun respon yang saya dapatkan atas tulisan ini, tapi yang jelas, bagi saya ini adalah bagian dari konsistensi dukungan untuk Anies agar menyelesaikan apa yang telah dimulai dan memenuhi apa yang telah dijanjikan. Soal yang lainnya terkait masa depan, biarlah menjadi urusan Tuhan. Tak perlu ada yang mendesak-desak, apalagi memaksakan.

Lalu, pertanyaan penting sebenarnya adalah Ada Apa dengan #AniesBaswedanForPresident?

Salam

Mustafa Afif. Bukan Politisi, Hanya Kuli Besi.

Tulisan ini juga dimuat di https://wp.me/pb2yOk-15

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun