Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan Maharani Langganan Hoax

18 Desember 2018   20:23 Diperbarui: 19 Desember 2018   11:48 8189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal, kalau kita mau berbicara dalam konteks Islam, sikap yang dianjurkan dalam al-Quran sudah jelas, bahwa kalau kita menerima sebuah informasi hendaknya terlebih dulu melakukan klarifikasi (tabayun), memeriksa dengan teliti. Kenapa? Agar tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu (sebagaimana dalam QS Al- Hujurat: 6). Jadi, jelas sekali disitu arahannya.

Masalahnya, ada manusia dengan tipe tidak merasa bersalah, tidak merasa berdosa, dan bahkan tidak merasa menyesal. Mereka yang katanya membela Islam, justru merendahkan Islam dengan cara-cara yang tidak Islami dan haram dilakukan oleh umat muslim. Padahal panduan dan aturannya sudah jelas. 

Artinya, kalau tidak mengikuti al-Quran dan Hadis, serta ijtihad para 'Ulama, lalu sebenarnya mereka itu ikut siapa? Mereka mendapatkan rasionalisasi dan pembenaran darimana?

Tulisan ini tidak untuk ngulik perbuatan dosa seseorang, bukan. Tidak juga untuk memudah-mudahkan soal surga dan neraka sebagaimana sebagian orang begitu mudahnya mengkopar-kapirkan saudaranya. Tapi kalau ingin sedikit dikaji, hoax itu haram. MUI bahkan mengeluarkan fatwa 24 tahun 2017, bahwa memproduksi dan menyebarkan kabar bohong (hoax) itu jelas keharamannya.

Parahnya, sudah tahu berdosa, masih merasa benar pula! Padahal tempat terbaik bagi para pendosa yang tidak diampuni adalah neraka, sebagaimana tempat para pembunuh juga akan tersiksa disana, sementara hoax itu asyaddu dibandingkan pembunuhan.

Bagaimana mungkin diampuni jika kepada Puan Maharani saja tidak meminta maaf dan tidak merasa bersalah ketika memosting yang sudah jelas-jelas hoax kelas ecek-ecek itu? Pernahkah mereka berpikir bagaimana akibatnya, menderitanya, dan tersiksanya si korban?

Biarkan saja jika tak ada implikasi hukum dan moral apapun di dunia, tapi di akhirat nanti, mereka tak akan berpesta sebab tak ada lagi alasan untuk ngeles pada Tuhan. Lah, pan aturan dan rambu-rambunya sudah jelas! Pastinya, pembuat dan penyebar hoax itu sama-sama di neraka tempatnya. "Eeeng, nganu, sepurane Tuhan. Dulu kulo niki beda pilihan politik, yo opo?".

Lah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun