Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan Maharani Langganan Hoax

18 Desember 2018   20:23 Diperbarui: 19 Desember 2018   11:48 8189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judulnya cukup mengerikan, tapi percayalah, Hoax itu lebih menakutkan!

Saat ini, dunia permedsosan kita benar-benar mengkhawatirkan. Saling membenci, saling menghina, dan saling menghujat seakan menjadi hal biasa, bahkan pada titik tertentu, dianggap tak berdosa. Medsos yang semestinya digunakan secara positif untuk silaturrahmi, berdiskusi, mencari informasi, memahami teknologi terkini, lalu (bagi sebagian orang) berubah menjadi tempat terbaik untuk mencaci, membully, dan mengebiri.

Paling mengerikan dari semua itu adalah informasi hoax yang semakin menggurita. Semakin mudahnya mendapatkan informasi, seperti itu pula hoax diproduksi. Sebagian di antara banyak korbannya adalah public figure dan politisi; salah satunya adalah Puan Maharani.

Puan Maharani kerap dihantam oleh informasi hoax. Berbagai pernyataannya pun kerap dipelintir oleh pihak-pihak tertentu, lalu dirayakan dan diviralkan dengan nada provokatif yang sarkas. Tak peduli soal substansi dan bagaimana proses lahirnya sebuah pernyataan, yang penting disebarluaskan dengan nada nyinyir dan penuh benci.

Sebagai politisi, yang sekaligus menteri, tentu saja wajar jika Puan Maharani mendapatkan perilaku netizen yang demikian. Tapi rasanya, apa yang dilakukan terhadap Puan Maharani, kok,  berlebihan. Banyak informasi hoax berseliweran, termasuk pernyataan Puan Maharani yang diselewengkan, dan sempat viral beberapa hari terakhir, yaitu terkait pendidikan agama Islam.

Seperti diketahui, telah beredar luas sebuah screenshot yang menyebutkan bahwa Puan Maharani ingin menghapus pendidikan agama Islam. Ternyata, creenshot itu berasal dari satu alamat blog gratisan dengan alamat operaind.blogspot.com. Judulnya pun bombastis, "Puan: Jika Negara Ingin Maju Dan Berkembang, Pendidikan Agama Islam Harus Dihapus". Untuk menambah tingkat greget pembaca, ada caption yang ditambahkan di bawah foto Puan Maharani, "Negara luar berlomba-lomba sampai planet Mars, sedangkan negara kita masih berlomba-lomba menghapal Alquran sampai 40 Juz" ungkap Puan pada wartawan, (19/10)".

Sebuah kalimat luar biasa yang sengaja diracik untuk memancing amarah masyarakat sehingga tertarik untuk menyebarkannya. Sebuah upaya yang lebih terlihat sebagai cara untuk mempertahankan "momentum" arah kebencian terhadap pihak, elit, dan partai tertentu dengan cara menghembuskan isu anti-Islam dan sentimen keagamaan. 

Lihat saja bagaimana si pembuat hoax menambahkan kalimat "menghapal Alquran sampai 40 Juz". Maka, jelas sekali tujuannya adalah untuk mendiskreditkan Puan Maharani agar tetap konsisten menjadi sasaran tembak netizen yang akan secara sukarela dan ikhlas hati menyinyiri, menghina dan mencaci.

Meski halaman aslinya sudah dihapus, tapi jejak digital berupa screenshot sudah tersebar kemana-mana, dari satu medsos ke medsos lainnya, WA hingga dijadikan status di Facebook. 

Seperti status akun Facebook bernama "Adipati Awangga New", misalnya. Akun tersebut membuat status berdasarkan screenshot yang sudah beredar lalu menambahkannya dengan kalimat "Sejak kapan manusia sudah menginjakkan kaki di planet mars? Sejak kapan Al Quran dikasih bonus jadi 40 jus. ? #rezimparah". Hasilnya luar biasa. Sampai sejauh ini, postingan itu dibagikan sebanyak 256 kali!

Screenshot Facebook
Screenshot Facebook
Salah satu yang membagikannya adalah akun Dityo Triharmanto, dengan jumlah pertemanan sebanyak 2.675 teman. Ia membagikan status Adipati Awangga New dengan memberikan kalimat nyinyir baru, "Huft,.... Kok sedemikian bencinya sampeyan sama Islam ? Tapi sekedar catatan saja bu. Quran itu 30 Juz ya, bukan 40....".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun