Mohon tunggu...
Mussab Askarulloh
Mussab Askarulloh Mohon Tunggu... Editor - Sastra Indonesia

Menaruh perhatian pada budaya dan literasi, juga kesenian terutama sastra dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Robot" RPA sebagai Solusi Reformasi Birokrasi

21 Februari 2021   17:38 Diperbarui: 21 Februari 2021   19:24 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhir tahun 2019 lalu, Presiden Jokowi menegaskan niatnya untuk mengganti seluruh aparatur sipil negara (ASN) tingkat eselon III dan IV dengan "robot" atau kecerdasan buatan (AI). Niat tersebut dikemukakan Jokowi di depan seluruh kementerian/lembaga saat memberikan pengarahan dalam pembukaan Musrenbangnas RPJMN 2020---2024 di Istana Negara.

Menurutnya, ini merupakan salah satu langkah besar yang harus diambil dalam upaya penyederhanaan birokrasi pemerintahan. Birokrasi dan administrasi yang rumit sering kali justru menimbulkan masalah baru dalam proses pemberian layanan kepada masyarakat.

Namun, niatan Presiden tersebut tidak akan mudah untuk direalisasikan dalam waktu dekat. Setidaknya begitulah yang dijelaskan oleh Purwoadi, Direktur Pusat Teknologi Informasi Komunikasi BPPT, pada Februari 2020. Menurutnya, Indonesia masih memiliki tantangan utama berupa sumber daya manusia dan riset yang belum menunjang bilamana ingin menerapkan kecerdasan buatan sebagai pengganti eselon III dan IV.

Meski begitu, Purwoadi menjelaskan bahwa strategi dan peta jalan dari pengembangan kecerdasan buatan yang diusung Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN), Bambang Brodjonegoro, akan segera rampung.

Sebagai penyedia layanan bagi masyarakat, instansi pemerintahan memang dituntut untuk dapat terus memaksimalkan kinerjanya. Salah satunya ialah dengan cara beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Sebagian besar pekerjaan di instansi pemerintahan berhubungan dengan pengolahan data, administrasi dan laporan. Hal tersebut menciptakan sebuah pola kerja yang terus berulang dan monoton. Pola kerja yang berulang sangat berpotensi melahirkan rasa jenuh dan konsentrasi yang menurun, sehingga rentan terhadap terjadinya human error. Belum lagi dengan masalah-masalah lain seperti tingkat kemampuan dan kecepatan kerja SDM dan jam kerja yang terbatas (apalagi ditambah dengan sistem WFH-WFO di masa pandemi ini).

Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah mulai mempertimbangkan "robot" untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti itu. Robot di sini bukanlah robot seperti yang sering kita lihat di film-film fiksi seperti Transformer atau Power Ranger. Namun, sebuah aplikasi pengolahan data otomatis atau yang lebih dikenal dengan Robotic Process Automation (RPA).

Dikutip dari situs amt-it.com, RPA merupakan software yang mampu meniru aktivitas manusia di dalam komputer dengan kecepatan dan akurasi sampai 100%. Melalui perkembangan teknologi dan transformasi digital, para praktisi membagi teknologi dalam tiga kategori, seperti probots, knowbots, dan chatbots. RPA sendiri adalah evolusi dari tiga teknologi utama, yaitu screen wraping, workflow automation, dan artificial intelligence.

Teknologi RPA dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya proses transaksi pembayaran di jalan tol dan parkiran.  Pada  sebuah  case  study  yang  dikeluarkan  oleh  Infosys, implementasi RPA dapat menghasilkan penurunan Full Time Equivalent  (FTE)  sebesar  50%,  dan  menurunkan  pekerjaan manual  sebesar  58%.

Melalui RPA, pekerjaan-pekerjaan administratif dapat dikerjakan secara otomatis dengan tingkat akurasi yang tinggi. Keunggulan menggunakan RPA di antaranya ialah, (1)menurunkan risiko human-error, (2)menghemat waktu dan biaya, dan (3)memudahkan proses operasional.

Namun, dengan adanya aplikasi yang bisa mengerjakan semua hal tersebut, apakah berarti peran manusia akan tergantikan? Tentu saja tidak. Kehadirannya justru sangat membantu manusia. RPA mampu membantu manusia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang monoton dan menyita waktu. Dengan begitu, manusia dapat mengerjakan hal-hal lain yang lebih kreatif dan efisien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun