Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Gila di Sekitar Kita

8 Agustus 2019   00:02 Diperbarui: 8 Agustus 2019   00:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika membaca berita media online tentang seorang perempuan yang mengajar Mengaji disekitar rumahnya 30 tahun lebih dan tidak menerima pembayaran, ingatan saya melayang tayangan Metrotv beberapa tahun yang lalu.

Seorang perempuan kelas menengah bersuamikan seorang DIrektur BUMN ternama yang hidupnya sudah mapan. Hidup berkecukupan dan mapan. Tinggal di perumahan elite di Jakarta.

Setelah seluruh anaknya kemudian berhasil dan bekerja diluarnegeri, tinggallah dia dan suaminya.

Entah mengapa, keinginan untuk mengajar murid SD semakin kuat. Dengan latarbelakang pendidikan Guru yang kemudian tidak dilanjutkan mengikuti tugas suami yang berpindah satu kota kekota yang lain, keinginan mengajar begitu kuat.

Semula hanya mengisi waktu kosong setelah mengantarkan suaminya kerja. Waktu senggang yang kemudian tidak mau dihabiskan percuma.

Dia buka ijazah yang mulai menguning. Dia kumpulkan bahan ajar. Dia kumpulkan materi-materi hingga kemudian dia menetapkan untuk mengajar.

Pelan-pelan dia kemudian mengumpulkan anak-anak kolong yang tinggal dibawah jembatan layang. Hidup digaris kemiskinan. Rata-rata anak-anak terlantar. Jauh dari akses kesehatan. Apalagi pendidikan.

Dibuatlah ruangan kertas dari triplek dan karton-karton bekas. Mulai dari 2-3 murid. Akhirnya satu kelas. Setahun kemudian hingga kelas 2.

10 tahun kemudian mencapai kelas 6. Dibayar honor para relawan yang rela membantunya. Bahkan baju sekolah, sepatu dan buku ajar dia sendiri membelikan.

TIdak cukup hanya itu. Bahkan untuk mengikuti ujian standar nasional, dia keluarkan biaya pendaftaran Sekolah Negeri hingga lulus SD.

Semuanya biaya yang dikocek dari kantong sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun