Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan

4 Januari 2019   19:23 Diperbarui: 4 Januari 2019   19:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dengan dikeliling benteng yang dipagari perempuan, Kabinet Jokowi mempunyai keunikan. Menempatkan Susi Puji Astuti (Susi), Siti Nurbaya Bakar (SN) dan Rini Suwandi (Rini). Menteri Susi kemudian menempatkan posisi sebagai Menteri kelautan dan Perikanan. SN menjabat Menteri Lingkunan Hidup Dan Kehutanan (KLHK) dan Rini Menjabat menteri BUMN. Terakhir kemudian masuk Sri Mulyani setelah "balik kampong" dari IMF menjadi Menteri Keuangan.Strategi yang semula belum saya perhatikan.

Dimulai dari kisah heroic Susi Puji Astuti, Menteri Kelautan dan Perikanan. Diremehkan. Dimulai dari ijazah cuma tamaatan SMP hingga persoalan tato dikaki hingga berbagai pemberitaan miring.

Apalagi memimpin laut yang terkenal ganas, tanpa kompromi hingga kesulitan menertibkan persoalan laut. Banyak yang kemudian mencibirnya. Selain ijazah yang sempat dipersoalkan, dunia yang digelutinya kemudian lekat dengan dunia maskulin.

Namun pelan tapi pasti. Susi menunjukkan "kehandalannya". Tanpa kompromi, kapal-kapal asing yang bebas berseliweran di laut Indonesia kemudian disikat. Tanpa ampun.

Slogan-nya "Tenggelamkan" menjadi momok menakutkan terhadap kapal-kapal asing. Susi kemudian menjadi bintang. Mengalahkan para menteri sebelumnya yang berijazah tinggi.

Sedangkan SN terkenal kalem. Berlatar belakang "perencanaan", pelan-pelan kemudian menyatukan dua institusi yang berbeda dalam satu naungan, Mendesain ulang, merumuskan agenda hutan untuk rakyat, membenahi institusi yang rawan dengan penyimpangan.

Program SN yang dikenal dengan perhutanan social seperti Hutan adat, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan Tanaman rakyat hingga kemitraan kehutanan menjadi salah satu program yang paling banyak dibicarakan ditingkat basis. Perhutanan social kemudian menunjukkan jatidirinya. Menempatkan masyarakat sebagai pemilik dan penguasa hutan. Sebuah mimpi yang jauh dari bayangan sebelumnya.

Sementara Rini yang mendesain format ulang terhadap kinerja BUMN yang sering dijadikan "sarang sapi perahan" menjadi badan usaha negara yang kemudian leading diberbagai sector. Rini dengan kalem membenahi hingga kemudian mampu menjadi sumber utama dalam pembiayaan negara dalam sector infrastruktur. Sektor yang abai selama ini diurus oleh petinggi negeri.

Belum usai membicarakan mereka, kedatangan Sri Mulyani memperkuat jajaran mengelilingi Jokowi.

Setahap demi setahap kemudian mereka memperkuat barisan para punggawa. Menopang program-program negara untuk mengebut ketertinggalan pembangunan.

Puncaknya adalah mereka yang kemudian menjadi penopang Jonan (Menteri ESDM) bernegosiasi langsung dengan Freeport. "Mbah korporate" yang tidak disentuh sejak tahun 1970-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun