Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

SBY, Sang Dirijen

26 Juli 2018   17:56 Diperbarui: 26 Juli 2018   18:40 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tinggal menghitung hari, koalisi Partai mengumumkan Calon Presiden dan Wakil Presiden untuk mendaftarkan ke KPU. Namun tersenyumannya Partai-partai pendukung Jokowi, maka suara yang didapatkan melebihi untuk mendaftar.

PDIP (18.95%), Partai Golkar (144,75), PKB (9,04 persen), Partai Nasdem (6,72 persen), PPP (6,53 persen) dan Partai Hanura  (5,26 persen) meraih suara melebihi sepertiga untuk mendaftar (61,25 %). Dengan demikian maka menyisakan suara 38,75 %. Atau dengan meninggalkan satu calon lagi untuk mendaftar diluar koalisi Jokowi.

Melihat komposisi yang dipamerkan di public, Koalisi mendukung Jokowi sudah "mengirimkan" signal untuk mempersiapkan "medan tarung' Pilpres 2019.

Dengan menyisakan satu calon, maka 4 Partai harus menyatakan sikap. Apakah mendukung koalisi Prabowo atau bergabung dengan Koalisi mendukung Jokowi. Sebuah strategi "ciamik" yang dimainkan oleh partai koalisi mendukung Jokowi ditengah belum selesainya "koalisi" prabowo, koalisi poros tengah dan bersatunya koalisi Prawobo dan poros tengah.

Dalam keadaan "berkejaran" dengan waktu, sebagai Partai pemenang ketiga (11,81 %) Partai Gerindra belum mampu menjadi "pemimpin oposisi" untuk membangun koalisi.

Ditengah "desakan" PKS yang ngotot mendorong 9 orang kadernya untuk dijadikan pasangan Prabowo atau Amien Rais yang ingin menjadi "king maker", Partai Demokrat "memainkan kartu "truf"-nya. Partai Demokrat kemudian mengambil alih untuk memimpin gerbong koalisi. Padahal Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu keempat (10,19 %) berhasil "mencuri" dan menggenggam irama yang hendak dimainkan.

Dua agenda penting seperti Kedatangan Partai Gerindra dan PAN ke kediaman SBY di kuningan membuktikan "SBY" memainkan music yang ditunggu public. Sekali lagi SBY adalah "dirijen" yang sabar menunggu momentum kemudian memainkan melodi sehingga Partai Gerindra mengikuti langgam yang dimainkan oleh SBY.

Berbeda dengan "suasana" 6 partai koalisi mendukung Jokowi yang "adem", santai, jauh dari suasana politik, suasana politik paska pertemuan di kuningan masih menimbulkan tanda tanya. Apakah "koalisi" dibangun berdasarkan kepentingan bangsa atau kepentingan pragmatis jangka pendek untuk pemilihan Presiden.

Sebagai "Dirijen" yang mumpuni, SBY berhasil memainkan langgam dan mengendalikan irama. Setelah mengantarkan Prabowo dan Zulkifli Hasan, SBY kemudian menggelar konferensi terpisah. Sekaligus memaparkan strategi pemenangan dan capaian yang hendak diraih.

Dalam kelaziman pidato politik, memberikan "konferensi pers" terpisah merupakan sebuah "kemenangan" yang didapatkan oleh SBY. SBY mendapatkan benefit politik menjelang Pemilu. Sebuah target untuk mengejar deficit politik paska kasus yang membelitnya dan suara yang anjlok dari pemenang pemilu 2009 (60 %) menjadi pemenang keempat (10,19 %).

Sehingga tidak salah kemudian SBY berhasil meraih dukungan public menghadapi Pilpres 2019. SBY menjadi "Dirijen". Sehingga langgam kemudian berpindah. Dari Prabowo ke SBY. Sebuah strategi komunikasi jitu dari SBY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun