Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia, Malaysia, Filipina: Join Coordinated Patrol untuk Cegah Bajak Laut Abu Sayyaf

7 Mei 2016   19:11 Diperbarui: 7 Mei 2016   19:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita patut memberi apresiasi yang tinggi kepada Menlu RI Retno Marsudi yang segera mengambil inisiatif untuk melakukan pertemuan trilateral yaitu Indonesia, Malaysia dan Filipina untuk menghentikan berlanjutnya pembajakan kapal dagang yang melintasi Filipina.

Seperti diketahui,  beberapa waktu lalu dua kapal dagang Indonesia yaitu Kapal Brahma 12 dan  kapal Anand 12, ditelah dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf.

Walaupun 10 awak kapal Brahma 12 telah dilepas oleh kelompok penyandera, berkat diplomasi total yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan melibatkan banyak pihak di Indonesia dan Filipina,  tetapi masih ada 4 sandera WNI yang masih ditahan oleh kelompok lain dari Abu Sayyaf.

Pekerjaan selanjutnya, pertama, fokus membebaskan empat WNI yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf sesuai pernyataan Menlu RI Retno Marsudi.

Kedua, mencegah terulangnya pembajakan.  Masalah ini amat penting, karena yang berkepentingan bukan hanya Indonesia, tetapi juga Malaysia dan Filipina.

Join Coordinated Patrol

Konflik di Selatan Filipina, merupakan akibat dari penjajahan Spanyol di masa lalu. Kehadiran bangsa Spanyol di Filipina, tidak hanya untuk berdagang dan melakukan penjajahan, tetapi melakukan kristenisasi.  Tidak hanya di Utara Filipina, tetapi juga di Selatan Filipina.

Kristenisasi di Selatan Filipina, kemudian mendapat perlawanan dari Kesultanan Sulu, sehingga melahirkan benih-benih konflik yang sampai saat ini belum hilang.

Pada tahun 1971 dipelopori oleh Nur Misuari, dibentuklah  Moro National Liberation Front (MNLF) untuk memperjuangkan self-determination, di Selatan Filipina.

Dalam perjuangan untuk memperoleh keadilan, ditempuh perjuangan fisik dengan mengangkat senjata.  Untuk mengakhiri konflik bersenjata di Selatan Filipina, maka dilakukan berbagai perundingan damai, tahun 1976 dibawah Presiden Fidel Ramos dicapai  Final Peace Agreement (FPA). Perjanjian itu merangkul MNLF, sementara pihak lain tidak dirangkul, sehingga Hashim Salamat mendirikan MILF (Moro Islamic Liberation Front).

Pada masa pemerintahan Presiden Estrada, MILF menjadi target operasi militer Filipina.  Kelompok ini bukannya habis, justru menjadi kuat karena banyak mendapat simpati dan dukungan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun