Mohon tunggu...
MUSLIKAH
MUSLIKAH Mohon Tunggu... Guru - BERDOA, BELAJAR, BERUSAHA

Muslikah. Guru Madrasah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Aisyah. Part IV. Mengelola Jurus Jitu Zam Zam Arafat

6 Desember 2021   08:38 Diperbarui: 6 Desember 2021   08:44 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bel berdentang 3 kali, petanda seluruh warga sekolah akan menunaikan salat zuhur berjamaah. Siswa yang menjadi muazin segera menuju Masjid Al Fajar. Azan berkumandang merdu. Anak-anak segera mengambil air wudu. Mereka berebut saf terdepan. Para guru berada pada saf belakang untuk mengamati sikap anak di masjid. Untuk catatan sikap spiritual siswa. Mereka menjawab bacaan azan dan mengangkat tangan menundukkan kepala untuk melafalkan doa setelah azan. Beberapa saat kemudian iqomah dikumandangkan semua jamaah berdiri untuk segera menunaikan salat zuhur berjamaah. Pak Yanu menjadi imam salat zuhur. Sebelum salat dimulai Beliau mengingatkan makmum untuk merapatkan safnya. Salat zuhur usai, segera berzikir dan berdoa bersama-sama.

Semua makmum dihimbau melaksanakan salat rawatib bakda zuhur. Arbain, siswa kelas 4 terlihat mengambil mikrofon, ia bertugas melaksanakan kultum. Semua jamaah menyimak kultum dengan baik. Para siswa dimohon mematuhi adab berada di masjid. Mereka tidak diperkenankan berhamburan keluar masjid. Namun melangkah pelan tanpa berisik.

Mentari seakan membakar ubun-ubun. Lumayan panas dan gerah. Saat itu Aisyah hendak pulang, karena kegiatan sekolah telah usai. Aisyah mengayuh sepedanya pelan, lega rasanya telah menunaikan salat zuhur. Sampai rumah tinggal membantu kedua orang tuanya. Anak-anak MI telah kembali ke rumah masing-masing. Di pertigaan desa Aisyah belok kiri. Subhanallah! Aisyah hampir terpental dari sepedanya. Terkejut! Tiba-tiba Zam Zam Arafat telah berada di sampingnya! Padahal semua temannya sudah sampai rumah.

"Hhhh, Mbak Aisyah pasti terkejut ya" celetuk Zam Zam. Di luar jam sekolah Zam Zam lebih suka memanggil Aisyah dengan sebutan mbak.

"Kok masih di sini. Tidak cepat pulang. Ntar kamu terlambat sekolah diniyah, lho."

"Cuma mau ngasih info sama Mbak Aisy" kata Zam Zam sambil mengerlingkan matanya yang bulat lucu.

"Mbak tidak tertarik. Paling juga jurus jitu kamu ngeprank, saiya" Aisyah menebak arah pembicaraan Zam Zam, sambil tersenyum.

"Ya udah, kalau nggak percaya" tangkis Zam-Zam.

Ia berlalu mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Berharap Aisyah kepo. Mengejar Azam atau memanggilnya. Tapi tidak dilakukan Aisyah.

Sampai di perempatan dekat warung pecel Pak Munir, Zam Zam berputar kembali menyusul Aisyah yang bersepada dengan santainya. Datar ... tanpa ekspresi kepo. Aisyah mencoba tidak menghiraukan keberadaan Zam Zam. Meskipun bocah itu telah kembali bersepeda di sampingnya. Aisyah justru merasakan perubahan suasana. Udara yang semula terasa panas, menjadi sejuk. Seperti ada gelombang angin membelai jilbab Aisyah.

"Tadi Pak Mumtaz menanyakanmu, Mbak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun