Mohon tunggu...
Muslih
Muslih Mohon Tunggu... Guru - Guru pada MTs Negeri Lamandau Kalimantan Tengah

Guru yang masih belajar memperbaiki diri dan musafir yang sedang mengumpulkan bekal untuk perjalanan panjang ini sangat suka olahraga Volly dan badminton (sebagai penonton), juga sangat suka konten tentang pendidikan, pengembangan diri dan karakter serta hiburan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumur Tanpa dasar

15 Mei 2023   20:30 Diperbarui: 15 Mei 2023   20:31 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

" Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kalian masuk ke dalam kubur."

 (At Takatsur : 1-2)

Setiap manusia pasti  memiliki hasrat akan duniawi. Keinginan untuk hidup mewah, kaya raya, dan lebih baik dari orang lain. Ayat 1 dan 2 surah At Takatsur di atas,  menceritakan tentang kehidupan manusia yang suka berlebih-lebihan, bermegah-megahan dan memperbanyak harta dunia.

Tidak ada yang salah dengan keinginan tersebut, selama dalam memperoleh harta dilakukan dengan cara dan jalan yang halal. Mencari harta untuk memenuhi hak dan kewajiban sangat dianjurkan oleh Agama. Harta yang didapatkan dijadikan sebagai media dan sarana untuk mendekatkan diri kepada sang Mahapemberi rezeki, beribadah dan beramal.  

Jika dalam mencari dan mengumpulkan harta tersebut cenderung melakukan berbagai macam cara, menghalalkan segala macam cara, tidak memikirkan keadaan orang di sekitarnya, maka proses mencari dan mengumpulkan harta  tersebut sudah termasuk dalam kategori telah melalaikan diri.

Tentunya kita pernah mendengar, kisah seorang yang bernama Tsa'labah yang hidupnya miskin dan minta didoakan agar diberi harta sehingga hidupnya menjadi lebih baik. Mulanya Nabi tidak mau mendoakannya, karena Nabi tahu bahwa harta bisa melalaikan. Tetapi karena didesak terus, akhirnya Tsa'labah diberikan seekor kambing yang akhirnya bertambah banyak. Karena sibuk dengan kambingnya, Tsa'labah sampai meninggalkan shalat, dan tidak mau membayar zakat.

Keinginan untuk memperkaya diri sendiri dengan bergelimang kemewahan tanpa mau berbagi dan peduli merupakan sikap yang tercela.  Sikap tercela ini akan berakhir ketika manusia masuk dalam kubur. Sikap manusia yang tidak pernah puas dalam mencari dan menumpuk-numpuk  harta juga disebutkan dalam hadits Nabi, yang artinya : "Seandainya anak adam memiliki satu lembah emas, ia menginginkan dua lembah lainnya, dan tidak akan memenuhi mulutnya (atau merasa puas) selain tanah." (H.R. Bukhari Muslim)

Hasrat atau nafsu manusia yang tidak pernah merasa puas, ibarat sumur tanpa dasar. Banyak dijumpai di zaman modern sekarang ini, manusia berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta dan bermegah-megahan. Kadang kesibukan tersebut melalaikannya dalam mendidik dan membina keluarganya, juga mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Agar tidak terjebak dalam pola hidup yang hedonis, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan konsep Zuhud, sehingga harta tidak lagi melalaikan melainkan akan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Zuhud jangan dipahami harus meninggalkan kehidupan dunia dengan bertapa atau yang sejenisnya, tetapi tidak terlena dengan harta yang dimiliki, karena harta dunia akan musnah dan bersifat sementara. Jangan membiarkan dunia masuk dalam hati  dan menguasai diri tapi genggamlah dunia dan kendalikan, sehingga ketenangan batin diraih.

Lamandau, 15052023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun