Mohon tunggu...
Mustafa Ismail
Mustafa Ismail Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan pegiat kebudayaan

Penulis, editor, pegiat kebudayaan dan pemangku blog: musismail.com | twitter: @musismail dan IG @moesismail

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menulis Itu Kerja Profesional

21 November 2015   09:09 Diperbarui: 21 November 2015   09:58 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menulis itu kerja profesional"][/caption]Memenuhi permintaan isteri untuk mengirimkan sebuah paket buku -- ia jualan buku online di tokobuku.infosastra.com dan dianingshop.com  -- saya berpakaian rapi dengan kemeja lengan panjang, bawa tas berisi komputer, bahkan meraih kunci mobil. "Mau ke mana, katanya libur hari ini," tanyanya.

Ia mungkin heran. Masa ke kantor pos yang jaraknya tidak habis sebatang rokok serapih itu. Biasanya cuma pakai celana pendek dan kaos t-shirt. Terkadang kaosnya bolong-bolong lagi. "Setelah dari kantor pos aku ada ketemu kawan," kataku, "Tanggung pulang lagi soalnya aku ke kantor pos besar di Gaplek,"

Hari memang sudah sore. Pukul 15.00. Kantor pos kecil yang selemparan batu dari rumah pukul 14.00 sudah tutup. Maka saya ke kantor pos di Gaplek, Pondok Cabe, Ciputat, yang buka hingga pukul 20.00 pada hari biasa dan pukul 14.00 untuk hari Sabtu. Tapi kemarin Jumat lho, bukan Sabtu.

Malamnya memang saya janjian bertemu dengan beberapa kawan seniman Dewan Kesenian Tangerang Selatan​ di sebuah sanggar di Pamulang. Belum sempat keluar rumah, hujan turun. Tidak deras. Hanya gerimis. Beberapa petir bersahutan. Ini khas Pondok Petir, nama kelurahan tempat kami tinggal. Petir suka selonong boy.

Di iringi gerimis -- menjadi kuat alasan mengapa tidak pakai sepeda motor -- saya pun keluar. Anak saya paling kecil sempat ikut hingga ke ujung gang. Padahal biasanya dia nangis-nangis minta ikut lebih jauh. Kali ini, ia dengan suka rela membuka jendela mobil -- ia suka naik dan turun dari jendela -- dan memanggil ibunya minta digendong.

Tiba di Gaplek, Pondok Cabe, saya tidak langsung ke kantor pos, tapi parkir di sebuah warung kopi. Dari sana, saya jalan kaki ke kantos pos sekitar 50 meter di seberang jalan. Setelah mengeposkan buku, saya balik ke warung kopi itu -- mencari salah satu sudut dekat jendel, duduk dan membuka komputer.

Sempat juga tergoda membuka media sosial dan mengobrol lewat massanger dengan beberapa kawan. Namun, saya kemudian tersadar, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan sore itu. Itu sebabnya mengapa saya juga tidak mengontak kawan untuk mengajak ngopi seperti biasanya saya lakukan.

Sebab, sejak dari rumah, saya sudah berniat untuk mengerjakan sesuatu, bukan mengobrol. Rencananya, setelah kerjaan kelar baru saya mengontak teman. Tapi rupanya, pekerjaan baru kelar ketika malam -- beberapa menit setelah seorang teman seniman mengingatkan ia sudah berada di tempat yang kami sepakati.

Tapi perasaan saya mengerjakan sesuatu di sana berbeda dengan perasaan mengerjakan sesuatu di rumah. Di sana saya merasa fokus dan semua cepat kelar. Kalau di rumah ada saja gangguan -- ngantuk sedikit langsung ingat bantal. Belum lagi ada yang teriak-teriak minta ngidupin airlah, ambilkan handuklah, hingga minta tolong panggilin bakso yang lagi lewat.

Di sana, saya merasa sedang bekerja. Bukan main-main. Makanya, saya sepakat jika ada yang bilang begini -- sekali lagi jika ada yang bilang, kalau belum ada yang bilang berarti sayalah yang pertama bilang hehe... Saat menulis, bersikaplah bahwa anda memang benar-benar sedang bekerja, di mana pun tempatnya. Fokus dan konsentrasi. Jangan tergoda apa pun. Sebab, menulis itu kerja profesional. Bukan sekedar untuk hobi-hobian.

Jangan tergoda dengan tukang bakso yang lewat, tukang nasi goreng yang senang memukul penggorengannya, atau tukang tahu bulat yang memutar "halo-halonya" yang unik "Tahu bulat, digoreng.. dadakan ... 500-an..."  Juga jangan layani ajakan ngobrol di massanger. Setel posisi handphone pada posisi silent. Kalau perlu -- jika sudah tengah malam -- matikan.

Pun jangan tergoda istri yang mondar-mandir pakai kaos seksi malam-malam. Haha....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun