Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tak Perlu Ikut Kursus di Kampung Inggris, Ini Kiat Raih Skor TOEFL di Atas 500

28 Mei 2021   19:59 Diperbarui: 28 Mei 2021   20:04 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalanan perkampungan Pare Kediri Jawa Timur di pagi hari. Sumber: Dokpri

Banyak lembaga kursus mengiming-imingi skor TOEFL di atas 500 jika gabung bersama mereka. Lembaga kursus ini bertebaran di mana-mana, termasuk di kampung Inggris Pare Kediri Jawa Timur. Di sana, masyarakat dari seluruh Indonesia berkumpul dengan mimpi yang sama, memperbaiki kemampuan bahasa asing mereka.

Mayoritas orang yang belum pernah ke Pare Kediri akan berekspektasi tinggi, di mana masyarakat sana menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari pedagang kaki lima sampai ibu-ibu penjaga kosan. Nyatanya, opini tersebut sangatlah berlebihan. Memang sih, ada satu dua yang menggunakan bahasa Inggris namun kebanyakan justru malah fasih dengan bahasa Jawanya. 

Dulu saya adalah satu dari sekian banyak yang berpikiran demikian. Saya juga adalah satu dari sekian banyak yang memiliki harapan bisa tembus skor TOEFL di atas 500 begitu intens belajar dua bulan selama liburan semester waktu S 1 dulu.

Begitu saya tiba di sana, ternyata tidak semudah itu kawan-kawan. Kita semua harus berusaha lebih giat lagi dan tidak mudah termakan dengan cara instan, hanya dua bulan bisa mahir? Mi instan saja membutuhkan proses mulai dari merebus, menyalakan kompor, menggunting saset bumbu, dan menambahkan toping untuk bisa kita nikmati kelezatannya. Apalagi soal kemampuan bahasa Inggris.

Ada salah satu kawan saya, alumni Teknik Lingkungan UI, jago bahasa Inggrisnya namun bela-belain ke Pare karena iseng mau liburan (nyari kerja tidak dapat-dapat katanya) sambil ke rumah neneknya di Kediri. Kawan saya ini ketika mengikuti simulasi TOEFL selalu dapat skor di atas 500. Bahkan kawan-kawan sekelas menyuruh dia untuk jadi guru saja karena batas skor sudah melampaui ambang batas.

Sementara saya dan kawan-kawan lain hampir pasrah karena sulit sekali menembus angka 500. Saya pernah dapat 500 waktu itu, tapi di simulasi berikutnya turun lagi alias tidak konsisten sedangkan kawan saya yang iseng ini tidak pernah sekalipun dapat skor di bawah 500.

Usut punya usut, kawan saya itu tidak pernah ikut kursus selama menjadi mahasiswa di UI. Dia hanya rajin main game daring. Namun bukan sekadar game, dia juga menambahkan orang-orang bule jadi teman mainnya. Dari sinilah, kawan saya sering bercakap-cakap dengan orang-orang native sambil mengembangkan skill di dunia game.

Dia juga sering membuka YouTube tutorial game berbahasa Inggris karena lebih topcer dalam memberikan tips dan trik memenangkan sebuah misi dalam game. Kecanduan game bagi kawan saya ini membawanya sedikit keberkahan karena dia semakin jago berbahasa Inggris. Sedangkan kami selalu berkawan dengan sesama orang Indonesia di setiap game. Tontonan YouTube juga dari akun orang-orang Indonesia. 

Setelah dua bulan berlalu, saya kembali ke habitat sebagai mahasiswa. Saya kemudian menerapkan apa yang menjadi rahasia kawan saya ini. Saya mulai menonton tayangan dokumenter berbahasa Inggris di YouTube, saya suka Vice, DW, National Geographic, BBC, dll. Dari kegemaran ini, saya semakin terbiasa dengan pendengaran dari bahasa Inggris. Kosakata saya juga bertambah.

Mulanya saya mengaktifkan subtitle bahasa Inggris, lama-lama saya memberanikan diri menonaktifkan subtitle bahasa Inggris. Saya menikmati setiap tayangan berbahasa Inggris karena channel-channel tersebut sangat saya gemari setiap kontennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun