Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ini Alasan Berbelanja Lebaran Langsung di Pasar Lebih Menyenangkan Ketimbang Daring Meski Sedang Pandemi

7 Mei 2021   21:08 Diperbarui: 7 Mei 2021   21:13 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung berdesak-desakkan di Tanah Abang. Sumber: Kompas.com/Tria Sutrisna

Menjelang lebaran, pusat perbelanjaan selalu saja dipadati orang. Katanya sih ekonomi merosot, tapi pasar tidak pernah sepi menjelang kumandang takbir Idul Fitri. Artinya, berbelanja kebutuhan lebaran sudah seperti kewajiban, mau ada uangnya atau utang sekalian.

Saya masih ingat betul, beberapa hari yang lalu, Pasar Tanah Abang dipenuhi warga yang ingin berbelanja. Mereka berdesak-desakkan, meski menggunakan masker mereka tidak mengindahkan protokol kesehatan berupa jaga jarak aman. Akibatnya, petugas harus turun tangan untuk menertibkan. 

Imbasnya, KRL sempat tidak berhenti di Stasiun Tanah Abang pada pukul 15.00-19.00 WIB di mana waktu-waktu ini berpapasan dengan pulangnya pembeli atau penjual. Padahal Stasiun Tanah Abang ini bukan tempat milik pembeli atau penjual di sekitar Tanah Abang saja, ada banyak pekerja di sektor lain yang tentu saja menggunakan moda transportasi ini. Mereka pun harus naik dari stasiun terdekat seperti Karet atau Palmerah. Kalau tidak, mereka harus menggunakan moda transportasi lain.

Tapi apakah kebijakan ini dapat secara langsung menurunkan angka pengunjung di Tanah Abang? Saya rasa tidak, karena kereta bukan muara masalahnya. Masalahnya adalah nafsu berbelanja yang memuncak menjelang lebaran. Kalau begini kenapa tidak menggandeng e-commerce di Indonesia supaya pengunjung tidak perlu datang jauh-jauh atau berdesakan di Tanah Abang?

Beberapa hari ini, e-commerce warna-warni di Indonesia memang sedang mengadakan promo gila-gilaan, mulai dari yang bebas ongkir sampai diskon lebih dari 50 persen. Tapi entah kenapa masih banyak yang ingin berbelanja secara langsung?

Pertama, bisa jadi banyak yang merasa kecewa ketika harus berbelanja daring karena barang yang difoto tidak sesuai ekspektasi. Saya sendiri pun sering mengalaminya, terutama yang berkaitan dengan pakaian.

Meski detail produk ditulis dengan lengkap, kadang ada saja penjual yang tidak jujur. Alhasil, pembeli merasa tertipu. Ada yang ukurannya tidak sesuai, bahan yang kurang bagus, atau ada kecacatan lain yang sengaja disembunyikan oleh penjual.

Hal ini bisa diminimalkan dengan review produk dari pembeli lainnya. Lagi-lagi kita sebagai pembeli harus lebih jeli dan pintar membaca situasi. Semakin tinggi rating bintang dari produk yang diulas, maka semakin sesuai produk tersebut dengan apa yang dideskripsikan si penjual.

Kedua, berbelanja secara langsung sama dengan berwisata cuci mata. Hal inilah yang tidak bisa didapatkan ketika berbelanja daring. Kita tidak bisa melihat produk-produk lainnya atau mampir di toko sebelah untuk sekadar cuci mata. 

Kebiasaan berbelanja secara langsung menjelang lebaran memiliki vibes-nya tersendiri. Kita bisa berkumpul bareng keluarga dan jalan-jalan bersama. Padahal pandemi belum berakhir, kenapa nafsunya tidak bisa ditahan dulu? Problem ini sebenarnya bisa diatasi, misal e-commerce menggandeng artis-artis kenamaan untuk mengadakan konser virtual sambil berbelanja daring. 

Cara ini sudah dilakukan oleh sebagian e-commerce namun masih sebatas pada tanggal tertentu saja, alias tidak setiap hari. Siapa juga yang mau menyewa artis kenamaan setiap hari, bisa-bisa bangkrut. Tapi setidaknya, di tanggal tertentu itu, ada ribuan pembeli yang tidak jadi berbelanja secara langsung di pasar karena tidak ingin ketinggalan idolanya berpentas.

Ketiga, berbelanja langsung bisa mendapatkan harga nego sadis sehingga barang yang akan dibeli kadang jauh lebih murah. Hal ini yang sulit dilakukan ketika berbelanja daring, di mana si pembeli tidak bisa menawar sampai setengah harga barang yang dijual. Harga di pasar bukanlah harga yang sebenarnya jadi wajar saja banyak pembeli menego dengan sadis.

Selain itu, berbelanja daring membutuhkan ongkos kirim yang kadang melebihi harga barang yang dibeli. Apalagi bagi mereka yang tinggal di daerah yang jauh dari ibu kota. Padahal e-commerce pun sering mengadakan promo atau diskon dan program gratis ongkir ke seluruh Indonesia namun lagi-lagi nuansa nego-menego antar pembeli dan penjual tidak bisa didapatkan ketika harus berbelanja daring.

Tapi sih, berbelanja daring atau langsung sah-sah saja asal tetap mematuhi protokol kesehatan. Kalau bisa, sistem masuk ke Pasar Tanah Abang dibuat seperti di mall-mall di mana sebelum masuk dicek suhu, jumlah pengunjung dibatasi, dan disediakan tempat cuci tangan di mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun