Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pengalaman Bertemu Hantu Pas Bangunin Sahur Waktu Kecil

1 Mei 2021   21:05 Diperbarui: 1 Mei 2021   21:13 1806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bertemu hantu. Sumber: Pixabay.com/KELLEPICS

Tradisi membangunkan orang untuk sahur merupakan kenangan yang sulit dilupakan di waktu kecil. Nuansa perkampungan belum seramai saat ini, jalanan pun jauh lebih sepi. Waktu itu rumah belum sepadat sekarang, jadi masih banyak ruang kosong dengan pohon-pohon rindang di mana-mana.

Tradisi membangunkan orang sahur di daerah saya disebut tong tong pret, istilah yang unik dan menggelitik. Anak-anak dari rentang usia 7-13 tahun berbondong-bondong memadati jalan dengan peralatan seadanya. Biasanya mereka membawa ember, kentongan bambu (benda yang cukup wow di zaman dulu), gayung, sampai bekas botol sirup.

Anak-anak biasanya akan menginap di musala bareng-bareng. Mereka sudah menyiapkan sarung dan peralatan-peralatan untuk membangunkan sahur. Kenapa harus menginap di musala? Karena biar ada yang bangunin sebelum waktu sahur tiba, biasanya sih jam 2 dini hari harus sudah bangun. Dan agak seram juga kalau misal berangkat ke jalannya sendirian dari rumah, sementara anak-anak lainnya pada tidur di musala.

Singkat cerita, selepas salat tarawih 20 rakaat (dulu salatnya cukup cepat, tapi tidak secepat yang sedang viral akhir-akhir ini) pada pukul setengah delapan lebih sedikit, kami akan bermain-main di halaman musala terlebih dahulu. Biasanya kami akan main sarung-sarungan, tebak-tebakan, petak umpet, dan cerita ngalor-ngidul sebelum rasa kantuk menyergap.

Karena saya waktu kecil orangnya serba ingin tahu dan punya rasa penasaran tinggi, saya sering menimpali kawan-kawan untuk cerita soal hantu ketimbang permainan lainnya. Bahkan saya pernah berani dan nekat main jailangkung-jailangkungan untuk membuktikan apa benar setan itu dikurung selama bulan Ramadan. Saya sudah menyiapkan lilin, boneka kayu, kertas, dan pulpen. Begitu membacakan mantra (mantra jailangkung yang populer) di detik-detik awal sambil menanyakan nama si setan, tangan saya berjalan sendiri seperti ada yang menggerakkan. 

Dari situ kawan-kawan ketakutan, mana lampu sengaja dimatikan. Dan benar saja, saya dan kawan-kawan hampir saja didatangi hantu tapi beruntung ada saudara yang memberi peringatan lalu menyalakan lampu ruangan samping musala.

Kata saudara saya, main jailangkung itu tidak baik dan berbahaya. Bisa-bisa menjurus pada perbuatan syirik atau takutnya beneran ada salah satu dari kami yang disurupi. Dari situlah saya akhirnya percaya bahwa setan masih ada meski di bulan Ramadan.

Tapi sampai saat itu saya masih belum puas, saya masih terus penasaran hingga waktu tong tong pret tiba. Saya sangat antusias membangunkan kawan-kawan di musala. Mereka sudah siap sedia keliling desa membangunkan orang sahur. Dulu belum ada ponsel pintar secanggih sekarang, jadi semua serba tradisional.

Kami mulai membangunkan sahur dari jalan satu ke jalan lain. Tak hanya di kampung kami yang meneruskan tradisi tong tong pret, di kampung-kampung lain juga sama. Kadang kami berpas-pasan dengan tetangga kampung. Nah di sinilah letak horornya dimulai karena si hantu mulai menampakkan diri.

Hantu pertama adalah tetangga kampung. Kenapa kami sebut hantu? Karena mereka juga menyeramkan. Dulu, masih sering terjadi perselisihan antar kampung. Jadi misal kampung A maka harus tong tong pret di kampung A tidak boleh masuk ke teritori kampung B. Pernah kami ke kampung sebelah, dan mereka menyita peralatan milik kami dengan paksa.

Kadang sampai ada perkelahian antar anak antar kampung. Kalau diingat-ingat kejadian ini, lucu juga sih tapi kadang miris. Masih kecil sudah doyan berkelahi apalagi pas sudah besar, hehe.

Hantu kedua adalah hantu beneran. Nah yang ini kejadiannya adalah selepas saya dan kawan-kawan main jailangkung-jailangkungan. Waktu itu bulu kuduk saya berdiri sejak pertama bangun untuk menunaikan tugas tong tong pret. Kami melewati rumah-rumah kosong yang ditinggalkan pemiliknya merantau ke ibu kota. Kami juga harus melewati kebun rindang nan sepi.

Di sanalah, hantu beneran menghampiri. Saya menyenteri pohon mangga sepanjang jalan membangungkan orang untuk sahur. Namun saya lupa peraturan dasar bahwa kalau sedang melewati kebun kosong atau pohon rindang, kita tidak boleh berisik takutnya ada hantu yang merasa keganggu.

Tak lama setelah itu, saya menemukan benda putih melayang di pohon. Sontak saja saya menjerit. Kawan-kawan lain ikutan menjerit, kami pun lari kalang kabut. 

Dan kejadian itu adalah kejadian pertama saya melihat hantu sungguhan, di bulan Ramadan pula. Kalau diingat-ingat sosok putih itu mirip kuntilanak yang bergelantungan di pohon. Wajahnya benar-benar rusak dan baju putihnya sudah agak memudar.

Dari situ, kadang saya berpikir ulang, apa benar setan atau hantu itu dibelenggu? Bagaimana dengan jin, bukankah jin kadang suka menyamar jadi hantu? Entahlah! Tapi ini menjadi pengalaman berharga buat saya. Kenangan itu sulit untuk dilupakan dan selalu membekas di hati meski kawan-kawan saya sudah berjarak karena sudah punya kehidupan masing-masing di kota lain dan hilang kontak, saya masih ingat wajah-wajah ketakutan mereka. 

Pun kalau anak-anak zaman sekarang bertemu hantu, sepertinya mereka malah akan senang, tinggal potret atau video-in dijamin bakal viral dan terkenal. Tapi siapa hantu yang mau menyambangi kampung yang sekarang sudah sepadat kota?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun