Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Upgrade Skill" Menulis di Tengah Ramadan Berpandemi, Ikuti Jalan Ninja Ini!

15 April 2021   23:24 Diperbarui: 15 April 2021   23:34 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis, sumber: unsplash.com/Glenn Carstens-Peters

Menulis bagi sebagian orang adalah hal yang menyulitkan. Proses untuk menghasilkan sebuah tulisan atau karya tidaklah mudah tapi tidak sulit juga, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. 

Kita sejatinya sudah diajarkan cara menulis semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun ada saja kendala-kendala yang harus dihadapi begitu umur semakin berkurang, entah karena sibuk atau memang malas menulis.

Kendala paling besar dalam menulis memang motivasi. Kadang orang berpikir, buat apa capai-capai menulis kalau tidak dapat bayaran dan buang-buang waktu. Saya sendiri kadang mengalami siklus tersebut, namanya juga manusia biasa. Ini berbeda dengan orang yang pekerjaannya berhubungan dengan tulis-menulis, maka mau tidak mau harus sesering mungkin menulis, misalnya seorang wartawan, humas, copywriter, content creator, dan novelis. 

Kalau dilihat-lihat, skill menulis ini sangat dibutuhkan di banyak perusahaan. Di era dengan arus informasi serba cepat dan canggih ini, kemampuan menulis benar-benar sangat dicari. Sekadar menulis untuk mendapat materi memang tidak salah, tapi ada baiknya kita niatkan menulis untuk beribadah.

Menulis untuk menyebarkan kebaikan dan sebagai cara untuk self healing merupakan jenis lain dari ibadah. Maka bisa jadi kita akan terus menulis tanpa memikirkan akan dapat materi seperti apa. Motivasi dan niat saja sebenarnya tidak cukup, apalagi jika kita ingin menghasilkan tulisan yang mengena ke para pembaca. 

Percuma niat udah baik dan motivasi sudah up tapi tulisan yang disebarkan sulit dimengerti. Alhasil pesan yang ingin disampaikan jadi zonk besar atau pembaca akan mengartikannya lain.

Tentu saja ini perlu latihan-latihan khusus supaya apa yang kita tulis dapat dipahami dan dinikmati oleh setiap pembaca. Di tengah Ramadan berpandemi ini, menulis yang mudah dipahami bisa dijadikan ladang amal kebaikan. Dakwah tidak melulu melalui lisan meski sebenarnya lisan pun membutuhkan sebuah tulisan. Bukankah kitab suci berupa tulisan, bukan audio visual?

Lantas bagaimana cara meningkatkan skill menulis di tengah Ramadan berpandemi dan di tengah padatnya aktivitas? Saya mencoba membagikannya berdasarkan pengalaman dan pengamatan, meski sejatinya skill menulis saya belum pro-pro banget, tapi apa salahnya berbagi.

Pertama, mengikuti kelas menulis. Di tengah pandemi ini, kelas menulis menjamur di mana-mana. Kita tinggal membutuhkan koneksi internet yang kencang dan sedikit kocek jika ingin ikut yang berbayar. Namun saya sarankan ikut juga kelas menulis yang berbayar jika mampu.

Kenapa? Karena kita akan termotivasi lebih, kan sayang sudah bayar, masak gak diseriusin. Mulanya saya akan berpikir seratus kali untuk ikut kelas menulis berbayar tapi setelah dipikir-pikir, selama rezeki masih ada kenapa tidak, dari pada duitnya dibelikan barang-barang tidak berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun