Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini Alasan Jangan Meniru Tabiat Jaka Tarub dan Nawangwulan!

10 Januari 2021   22:37 Diperbarui: 10 Januari 2021   22:42 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaka Tarub dan 7 Bidadari, sumber: histori.id

Cerita rakyat Jawa paling fenomenal dan terkenal barangkali adalah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. Cerita rakyat tersebut bahkan sudah diadopsi ke dalam komik yang cukup diminati di sebuah aplikasi baca komik asal negeri Gingseng.

Jika ceritanya diminati kenapa kita dianjurkan untuk tidak meniru sosok Jaka dan Nawangwulan yang notabenenya adalah tokoh utama dalam cerita rakyat tersebut?

Pertama soal Jaka Tarub, Jaka Tarub ini pemuda yang pandai berburu di hutan. Lahir dari seorang keluarga cukup miskin. Ia hanya hidup bersama ibunda tercinta setelah sang ayahanda pergi mendahului. Wajahnya cukup rupawan, sayang masih melajang di usia yang sudah tidak lagi muda, sementara ibunya ingin segera menggendong sang cucu dari anak semata wayangnya.

Lantas apa yang tidak pantas untuk diteladani? Tentu saja mendengarkan ocehan tetangga. Jaka ini sering kepanasan telinganya jika mendengar ia tidak kawin-kawin di usianya yang sudah matang.

Menikah bukanlah urusan tetangga melainkan urusan si Jaka dan si istri. Jika Jaka belum menemukan pasangan yang sesuai dan cocok, kenapa harus terburu-buru?

Kedua, barangkali Jaka Tarub ini ingin segera menikah karena ibunya sudah renta. Sampai ibunya meninggal dunia sebelum melihat Jaka mempersunting istrinya. Sebelum meninggal, seorang tetangga padahal sudah menawari putri kesayangannya. Namun entah kenapa, Jaka Tarub belum memutuskan tawaran itu.

Sampai pada akhirnya Jaka Tarub pergi ke hutan, dan mengintip bidadari yang sedang mandi.

Ketika ada tujuh bidadari sedang tidak berbusana di Danau Toyawening, Jaka bukannya jauh menghindar dari godaan setan, ia malah asyik menyaksikan.

Sampai sini sudah jelas, bahwa mengintip itu perbuatan tercela. Entah itu mau bidadari, jin, atau manusia, mengintip lawan jenis sedang mandi bukanlah budaya kita.

Ketiga, setelah melihat bidadari mandi, Jaka Tarub mencuri salah satu selendang milik si bidadari. Ia sudah menguping sebelumnya bahwa selendang itu adalah alat bagi para bidadari untuk bisa kembali ke Kahyangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun