Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nasib "Peace To Prosperity Palestina" Warisan Trump di Tangan Joe Biden

14 November 2020   15:42 Diperbarui: 16 November 2020   06:02 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yerusalem, Sumber: pixabay.com/coffee

Lantas bagaimana nasib Peace to Prosperity ala Trump yang disahkan Januari 2020 silam jika Joe Biden menggeser posisi Trump sebagai orang nomer satu di Negeri Paman Sam itu?

Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu membedah sedikit terkait keterlibatan Amerika Serikat di wilayah Palestina-Israel.

Bagi Amerika Serikat, Israel adalah titik poin penting bagi eksistensi Washington sebagai polisi dunia. Israel menjadi wilayah strategis bagi keberlangsungan transfer sumber energi bagi pabrik-pabrik raksasa di Amerika Serikat.

Mulanya Amerika Serikat tampil di Timur Tengah untuk menghalau kekuatan blok Timur komunis. Amerika Serikat pun menempatkan militernya di beberapa kawasan vital di Timur Tengah.

Setelah beberapa sumber energi ditemukan di Timur Tengah pada pertengahan abad 20, Amerika Serikat semakin enggan meninggalkan Timur Tengah karena wilayah tersebut dirasa sangat berharga.

Ditambah lagi, kelompok Zionisme Israel sudah berdiaspora ke beberapa belahan Amerika Serikat dan menjalin hubungan ekonomi yang cukup kuat dan penting bagi keberlangsungan industrialisasi atau iklim investasi di Amerika Serikat.

Lebih luas lagi, Amerika Serikat memiliki kepentingan tersendiri di Timur Tengah pasca peristiwa 9/11 meletus. Melalui kebijakan war on terrornya, posisi Amerika Serikat di Timur Tengah semakin jelas, yakni memerangi terorisme dan menghalangi rezim otoriter yang bisa saja sewaktu-waktu mengancam posisi Amerika Serikat di Timur Tengah, termasuk juga ikut mempromosikan demokrasi kebebasan ala Barat di Timur Tengah.

Entah siapapun presiden Amerika Serikat, Israel adalah wilayah strategis bagi Amerika Serikat untuk bisa tetap mengawasi dan mengamankan kepentingan Negara Pam Sam di Timur Tengah. Tentu saja, Israel dianggap sebagai teman yang paling dekat dan paling dapat dipercaya Amerika Serikat di Timur Tengah jika dilihat dari aspek historis dan ekonomi.

Husam Mohamad, dalam jurnal South Asian and Middle Eastern Studies 2019, mengatakan bahwa siapapun presiden Amerika Serikat, ia tidak akan bisa memalingkan wajahnya dari Israel begitu saja.

Sejauh ini, Jimmy Carter dianggap sebagai satu-satunya presiden Amerika Serikat yang mengungkapkan empati terhadap penderitaan rakyat Palestina dan membenarkan klaim mereka.

Meski begitu, Jimmy Carter tidak mampu membendung opini mayoritas dari warga Amerika Serikat yang pro-Israel. Ini mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia, hanya saja mayoritas warga Indonesia pro dengan Palestina dan anti terhadap Israel. Bahkan Presiden Gus Dur yang berencana membuka hubungan diplomatiknya dengan Israel dihujat habis-habisan mirip dengan Jimmy Carter, hanya beda pihak yang didukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun