Ini bukan soal kenyang atau tidak, tapi ini adalah salah satu cara Nabi mengajarkan umatnya agar tidak berlaku rakus. Nabi ingin mengajarkan umatnya agar tidak berlaku berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan.
Buka puasa dengan porsi yang cukup adalah cara kita untuk menghindari perilaku rakus. Nabi juga menganjurkan untuk berbagi makanan berbuka kepada mereka yang membutuhkan. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini, banyak orang membutuhkan uluran tangan untuk berbuka.
Kini, saya semakin hati-hati kalau sedang mengambil porsi makanan untuk berbuka. Saya tidak lagi berniat balas dendam atas rasa lapar, sehingga  sampai mengambil porsi tak terkira.
Kejadian super kekenyangan di saat berbuka juga tidak bagus untuk melakukan aktivitas salat Tarawih di rumah. Karena kekenyangan, bisa-bisa kita bablas ketiduran sehabis salat Isya. Karena kekenyangan, kita malah melupakan amaliah ibadah lainnya.
Barangkali sekali-kali kita patut coba, berbuka cukup dengan kurma dan air putih, apa kita akan merasa kenyang dan baik-baik saja atau kita masih merasa lapar?
Saya pernah mencoba hal satu ini dulu. Ketika sedang dalam perjalanan jauh ke timur Jawa, saya hanya makan satu kurma dan air putih. Saya cukup kenyang waktu itu.
Esensi puasa bukanlah waktu berbuka, namun di saat kita sedang berpuasa di tengah harinya. Dengan berpuasa, kita akan merasakan menjadi orang yang kurang beruntung. Coba lihat, ada berapa banyak orang kelaparan di dunia ini.Â
Dengan berpuasa, kita akan merasakan betapa susahnya menahan rasa lapar seharian penuh. Bayangkan saja, ada berapa orang yang mati kelaparan di Afrika sana? Semoga dengan berpuasa kita semakin terhindar dari sikap rakus di mana berpuasa hanya untuk berbuka dengan sajian yang berlebihan