Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Siapkan Hotel atau Taman Makam Pahlawan untuk Tenaga Medis yang Berjuang Melawan Corona

13 April 2020   11:44 Diperbarui: 13 April 2020   11:44 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sumber: kompas.com

Kebijakan brilian seorang pemimpin daerah di tengah pandemi Covid-19 sangat dinantikan. Bukan asal kebijakan yang justru menyengsarakan rakyatnya. Tapi namanya kebijakan, pasti bertujuan baik hanya saja implementasinya yang kurang tepat.

Baru-baru ini gubernur Jakarta membuat kebijakan untuk menyediakan hotel berbintang bagi tenaga medis yang menanggani pasien Covid-19. Langkah kebijakan ini dilakukan karena menyusul kabar di masyarakat yang menolak tenaga medis pulang ke rumah atau kosnya. Bahkan mereka diusir lantaran dianggap bisa menularkan virus.

Atas dasar ini pula, gubernur Jakarta menyiapkan hotel milk daerah supaya tenaga medis bisa beristirahat nyaman tanpa rasa takut menularkannya kepada keluarga di rumah dan tidak risau lagi jikalau diusir atau disindir tetangga.

Namanya kebijakan, meskipun bertujuan mulia, pasti ada yang tidak setuju seperti yang disampaikan aliansi BEM Jakarta gadungan karena tidak direstui aliansi BEM Jakarta yang resmi beberapa waktu silam.

Menurut mereka ada yang lebih prioritas lagi ketimbang menyediakan hotel berbintang seperti memperbanyak penyediaan alat tes Covid-19 bagi masyarakat kelas bawah dan memberikan bantuan kepada masyarakat kelas bawah yang tidak bisa mencari nafkah di tengah pandemi.

Lain Anies, lain lagi Ganjar Pranowo. Baru-baru ini kebijakannya juga menuai pro dan kontra. Gubernur Jawa Tengah itu berniat mendirikan taman makam pahlawan (TMP) bagi tenaga medis yang gugur dalam berperang melawan pandemi.

Langkah ini dilakukan menyusul kabar tidak mengenakkan yang terjadi pada seorang perawat yang jenazahnya ditolak warga Sewakul Semarang. Meski sudah dimediasi, jenazah yang berada di garda terdepan itu akhirnya dikuburkan di tempat pemakaman keluarga rumah sakit dr.Kariadi Semarang.

Tujuan Ganjar Pranowo sangat mulia. Ia tidak ingin kejadian penolakan jenazah terjadi lagi apalagi jika yang ditolak adalah tenaga medis. Di Jawa Tengah sendiri, penolakan jenazah bukan terjadi sekali itu saja. Sebelumnya di Banyumas juga ada penolakan jenazah terhadap pasien Covid-19.

Atas dasar ini, gubernur Jawa Tengah membuat inisiasi taman makam pahlawan bagi mereka yang gugur dalam melawan pandemi. Lalu pertanyaannya, kenapa harus tenaga medis saja yang dimakamkan di sana? Bukannya saya menolak akan status pahlawan bagi tenaga medis namun lebih kepada problem solving atas masalah yang terjadi.

Bukankah ada pula warga biasa yang ditolak untuk dikuburkan sampai harus dikubur ulang? Sungguh miris.

Apakah menyediakan taman makam pahlawan bagi tenaga medis akan menyelesaikan masalah atas penolakan jenazah yang terjadi berulang-ulang? Saya rasa tidak, justru langkah ini malah akan menimbulkan kecemburuan sosial dan malah akan menimbulkan penolakan-penolakan jenazah lainnya karena mereka memiliki dalih atas taman makam pahlawan itu.

Keinginan keluarga korban tentu adalah memakamkan keluarganya di dekat rumah. Dengan memakamkan di daerahnya sendiri akan membuat mereka lebih mudah mengunjunginya untuk berziarah dan memohon doa kepada Yang Maha Kuasa.

Lalu kenapa gubernur Jawa Tengah tidak menyediakan hotel bagi tenaga medis sebagai tindakan preventif penularan Covid-19 ini?

Kita tidak bisa langsung menyalahkan Ganjar Pranowo karena Jawa Tengah bukanlah Jakarta. Wilayah Jawa Tengah lebih luas dari Jakarta. Dan penyebaran kasus Covid-19 di Jawa Tengah tidak sebanyak Jakarta.

Rumah sakit di Jawa Tengah juga tersebar di berbagai daerah. Jarak satu kabupaten atau kota ke kabupaten atau kota lainnya tidak sedekat di Jakarta. Kalau menyediakan hotel, tentu diperlukan anggaran yang lebih besar dan banyak ketimbang Jakarta. Di tambah lagi kemiskinan di Jawa Tengah termasuk tertinggi di Indonesia.

Jika presentasi kemiskinan di Jawa Tengah adalah 11,19 persen sedangkan Jakarta hanya 3,55 persen. Angka kemiskinan tersebut tentu meningkat tajam di tengah mewabahnya corona sehingga diperlukan kebijakan untuk mengentaskan atau minimal mengurangi angka kemiskinan di tengah pandemi.

Tentu tidak mudah membuat kebijakan yang dapat mengenakkan semua pihak sementara anggaran tidak bisa mancur deras di tengah bayang-bayang defisit ekonomi akibat pandemi Covid-19 kecuali kalau ada gotong royong serius antar masyarakat dan pemerintah.

Baik menyiapkan hotel atau taman makam pahlawan merupakan kebijakan mulia, hanya saja masyarakat kita belum terlalu dewasa sehingga apa-apa selalu dikaitkan politik. 

Daripada menyalahkan gubernurnya, lebih baik ikut gotong royong baik melalui edukasi maupun ikut iuran untuk berjuang bersama-sama melawan Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun