Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Boris Johnson Positif Corona, Bagaimana dengan Ekonomi Inggris Raya?

7 April 2020   15:15 Diperbarui: 7 April 2020   21:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris Raya dikabarkan mengalami kondisi buruk sampai harus masuk ruang gawat darurat (ICU). Perdana Menteri dengan nama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson itu membuat publik Eropa was-was.

Sebelumnya Boris Johnson masuk Rumah Sakit St Thomas (5/4), keesokan harinya (6/4) Boris Johnson mengumumkan terinfeksi Covid-19 dan harus menjalankan perawatan intensif selama kurang lebih 10 hari.

Tagar Boris Johnson pun sempat trending di Twitter dengan ratusan ribu kicauan di seluruh dunia. Berbagai doa disampaikan oleh beberapa kepala negara dunia sebagai bentuk support seperti yang dilakukan oleh Perdana Menteri Irlandia, Presiden Prancis dan Presiden Amerika Serikat.

Doa tersebut dilayangkan kepada Boris Johnson setelah dirinya dinyatakan positif Covid-19. Kasus Covid-19 di Inggris termasuk tinggi di Eropa di mana terdapat 48.451 kasus positif Covid-19, dengan 4.943 orang meninggal dunia, dan 229 sembuh. Angka yang fantasis, berbanding jauh dengan Indonesia yang hanya 2.491 kasus positif Covid-19 per 7 April 2020.

Sebelumnya, petinggi Inggris Raya juga dikabarkan positif Covid-19. Adalah Pangeran Charles, seorang putra mahkota Inggris yang pada 25 Maret dinyatakan positif Covid-19. Setelah sepekan penuh melakukan isolasi, putra mahkota yang berusia 75 tahun itu dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Pertanyaannya, apakah Pangeran Charles yang menularkan ke PM Boris Johnson? Sampai saat ini tidak ada kesimpulan yang mengarah ke sana. Apalagi dengan banyaknya kasus Covid-19 di sana akan sulit melacak siapa ditularkan oleh siapa.

Setelah PM Boris Johnson dirawat di rumah sakit, mata uang poundsterling sempat melemah berhadapan dengan dolar Amerika Serikat (AS). Meskipun hanya melemah sebesar 0,44%, hal tersebut tetap akan berdampak bagi perekonomian Inggris Raya.

Apalagi Inggris menyatakan keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari 2020 silam. Dengan keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa, bantuan dari UE tidak sederas dulu saat bergabung dengan EU. Di saat wabah Covid-19 ini bantuan dari luar dan kesolidan organisasi internasional sangat diperlukan untuk meringankan beban yang ada.

Kondisi Boris Johnson sudah mulai stabil. Kondisi yang mulai stabil ini membuat mata uang poundsterling menguat terutama setelah Boris Johnson masih akan memimpin Inggris Raya begitu baikan. Sebelumnya perdana menteri berusia 55 tahun itu sudah menunjuk Menteri Luar Negeri, Dominc Rabb sebagai pengganti sementara waktu.

Covid-19 sungguh menggerikan bagi kepala negara atau pemerintah. Pasar akan mempertanyakan keamanan ekonomi dan investasi terutama jika pemimpin negaranya terinfeksi Covid-19. Dari sinilah pentingnya seorang kepala negara atau pemerintah untuk senantiasa menjaga kesehatannya.

Di sisi lain, kepala negara atau pemerintah inilah yang paling rentan tertular Covid-19 karena harus senantiasa dekat dengan rakyatnya. Di saat kondisi yang tidak sedang baik-baik saja ini, kepala negara dan pemerintah juga harus selalu memberikan pesan optimisme. Lalu bagaimana pesan optimisme itu dapat tersampaikan jika kepala negara dan pemerintahannya saja terinfeksi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun