Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

#ShameOnYouIndia, Sebuah Tagar Kecaman Warga terhadap Intoleransi India

27 Februari 2020   15:51 Diperbarui: 27 Februari 2020   15:52 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik berbau ras dan agama di India bukanlah yang pertama kali. Negara dengan mayoritas pemeluk agama Hindu itu kerap kali terlibat bentrok dengan pemeluk agama Islam. Sampai-sampai Mahatma Gandhi tewas dibunuh oleh kelompok ekstremisme Hindu yang enggan berdamai dengan kelompok Muslim. Akibatnya muncullah negara Pakistan sebagai negara dengan basis Muslim yang memisahkan diri dari India.

Fanatisme agama yang kuat di India ini menimbulkan solidaritas negatif di mana kelompok di luar agamanya dianggap berbeda padahal sama-sama berkewarganegaraan India. India juga dikenal sebagai negara yang sering diperalat oleh agama. 

Melalui film Bollywood berjudul PK misalnya di mana agama dijadikan ladang berbisnis bagi pemuka agama. Belum lagi soal kastanisasi yang dianggap malah membuat jurang pemisah, bukan penengah konflik.

Baru-baru ini terjadi bentrokan massa atas UU Kewarganegaraan India yang disahkan sejak 12 Desember 2019. UU Kewarganegaraan ini melarang imigran dari negara tetangga India (Pakistan, Afghanistan dan Bangladesh) untuk mendapatkan status kewarganegaraan India namun ada pengecualian bagi mereka yang beragama Hindu, Sikh, Budha, Jain, Parsi dan Kristen. 

Apakah bagi India, Muslim merupakan teroris? Atau ada kepentingan politik di dalamnya?

Tentu saja, tidak mungkin tidak ada kepentingan politik di balik disahkannya UU Kewarganegaraan India tersebut. Apalagi kita tahu sendiri ketiga negara tetangga India, Pakistan, Afghanistan dan Bangladesh memiliki mayoritas Muslim. 

Desakan dari warga India sebagai mayoritas Hindu ini membuat pemerintah tidak bisa berbuat banyak. Bisa-bisa kalau melawan kehendak rakyat India, maka akan terjadi pembunuhan seperti yang dialami oleh pendiri India dulu, Mahatma Gandhi.

Sebelum meninggal, Mahatma Gandhi sudah merumuskan kebijakan harmonisasi antara Islam dan Hindu dengan mendukung berpisahnya Pakistan dari India. Namun lagi-lagi desakan rakyat India berbeda dengan keinginan pemerintah. Meski tidak semua rakyat India menolak usulan Gandhi, namun mereka hanya kalah suara.

Dan sayangnya konflik segregasi agama tersebut muncul lagi. Bentrokan pada (26/02) itu menewaskan 25 warga, kini bertambah jadi 32 orang. Beberapa video pembakaran masjid terlihat jelas di berbagai media. Tagar #ShameOnYouIndia  dan #ShameOnIndia mendadak viral di dunia. Ini membuktikan bahwa tidak semua warga India itu setuju dengan UU Kewarganegaraan. Bagi mereka yang waras dan sadar akan keberagaman tentu saja akan menolak UU yang berat sebelah itu.

Mungkin India perlu belajar pada Indonesia di mana segregasi antar beragama ini bisa diredam dengan dialog dan duduk bersama. Indonesia sudah sangat menyesal akan konflik Ambon yang melelahkan dan tidak membawa untung apa-apa. Dialog antar beragama ini terus dipupuk melalui berbagai instansi sehingga segregasi beragama tidak kembali mencuat ke permukaan publik.

Sayangnya, di India wilayah Hindu dan Muslim kadang dipisahkan jarak dan masalahnya lebih kompleks daripada konflik Ambon. Harusnya pemerintah berinisiatif untuk membangun sebuah komunitas yang bisa berbaur sesama. Perlu juga dibangun tempat beribadah yang saling berdekatan agar mereka bisa sadar bahwa selama ini yang membuat mereka bertikai bukanlah karena perbedaan agama melainkan perbedaan kepentingan para elit yang memanfaatkan situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun