Langkah kaki digerakkan secepat mungkin menuju daun pintu. Ia membuka pintu yang gagangnya sudah rusak. Begitu terbuka, habib atau siapalah dia, mengucapkan salam sambil memeluk Ahmad.
"Sebenarnya aku ke sini karena ada utusan dari serikat perkumpulan superhero seluruh dunia. Apakah Kamu yang namanya Ahmad?"
"Iya, tapi Anda siapa ya? Dan saya tidak mengenal serikat perkumpulan superhero dunia, yang saya tahu itu hanya ada di televisi saja." Ahmad semakin bingung. Ini orang sehat atau setengah sehat, pikirnya.
"Lupakan soal saya. Ini ada uang senilai sepuluh juta untuk Anda karena terpilih menjadi pengganti superman," kata habib atau siapalah dia sambil memberikan lembaran uang bergambar bapak proklamator Indonesia. Ia tidak basa-basi lagi menerima uang itu. Ia pikir ia sedang diawasi kamera tersembunyi. Mungkin saja ia masuk program kaget-kagetan seperti yang sering ia tonton bersama sang anak.
Tangan lusuh Ahmad semakin berat. Entah ada apa dengan uang itu. Ia tidak kuat menerima uang seberat itu. Sang habib hanya tersenyum simpul lalu pergi.Â
***
"Ayah, bangun! Sudah pagi. Mana uang untuk bayaran sekolah?" tanya anaknya sementara ia sedang tertidur pulas dengan gaya duduk bersila sambil memegang komik superhero, hadiah menang lomba mewarnai milik sang anak. Ternyata ia telah melanggar janji untuk tidak tidur setelah membaca Quran. Lalu ia mau jawab apa pertanyaan sang anak?Â