Mohon tunggu...
Muslimah Peradaban
Muslimah Peradaban Mohon Tunggu... Jurnalis - Analisis

Pengamat dan Penganalisis isu dari sudut pandang Islam.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Peran Ibu yang Sesungguhnya

25 Maret 2019   20:06 Diperbarui: 25 Maret 2019   20:47 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aniesah Ummu FaarisKaum perempuan saat ini merasa bangga menjadi wanita karir daripada menjadi seorang ibu rumah tangga. Perempuan berlomba mendapatkan pendidikan yang tinggi demi bekerja di tempat bergengsi. Menempati jabatan dan menerima penghasilan yang sesuai. Dan rela menghabiskan waktu mudanya untuk meniti karir daripada menikah dan memiliki anak. 
Menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga, bukan sesuatu yang membanggakan. Jika ditanya pekerjaannya, maka ia merasa rendah diri. Seakan menjadi ibu rumah tangga adalah suatu kelemahan dan prestasi buruk yang layak dia sesali.
Padahal, syariah Islam telah menetapkan bahwa seorang perempuan justru memegang peranan yang sangat penting dalam membangun kehidupan dan peradaban ummat.
Peran perempuan dalam Islam tidak seperti digambarkan selama ini. Hanya seputar sumur, dapur dan kasur. Akan tetapi ruang  bagi perempuan lebih dari itu, baik di ranah domestik maupun di ranah publik. 
Islam mewajibkan seorang perempuan untuk menjadi al-Umm yang memiliki peran strategis sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya. 
Pencetak generasi penerus dan berkontribusi mengkokohkan diri anak sekaligus membina kepribadian Islam mereka.Peletak pondasi pembentuk pola pikir dan pola sikap anak, ketika mereka dewasa. Perempuan juga berperan sebagai Rabbatul Bait (manager) bagi terciptanya keluarga sakinah. 
Peran ini membutuhkan keahlian, keterampilan, mengelola, mengatur, menjaga, dan merawat, baik rumah sebagai tempat tinggal yang nyaman, maupun interaksi antara seluruh anggota keluarga. 
Peran perempuan sebagai seorang istri adalah sebagai mitra suaminya. Menjalin kehidupan rumah tangga harmonis. Menjadi tempat bernaung dan tumbuh kembang generasi calon pemimpin. 
Bersama suaminya, seorang perempuan wajib mendidik anak-anaknya menjadi sholih dan sholihah, mujtahid, inovator, serta pejuang yang tangguh, yang mampu menghantarkan pada kejayaan Islam dan kaum muslimin.
Generasi yang siap memimpin orang-orang bertaqwa, menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, serta mampu menjalankan roda pemerintahan sesuai syariah Islam.
Kita mengenal sosok wanita mulia dari kalangan shahabat Rasulullah SAW bernama al-Khansa binti Amr yang sukses menghantarkan empat orang putranya menjadi mujahid, dan meraih kedudukan mulia sebagai syuhada. 
Kita juga mengenal banyak nama tokoh Islam seperti Imam Bukhori, seorang perawi hadits yang diakui seluruh kaum muslimin. Imam Syafi'i, seorang ahli Fiqh yang berhasil menghafal al-quran pada usia 7 tahun. Imam Hambali, seorang ahli hadits, ahli fiqh dan mujtahid. Imam asy-Syaukani, seorang ulama besar dan pakar pendidikan. Jabir bin Hayyan, seorang ahli Kimia yang menciptakan skala timbangan akurat dan mendefinisikan senyawa kimia. Mereka adalah anak-anak dari para ibu mulia yang memahami kewajibannya untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya menjadi orang mulia. untuk mendidik langsung.
Lahirnya para mujahid dan syuhada tidak terjadi tiba-tiba. Para pemimpin bertaqwa yang Shiddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh, bukanlah kebetulan. Mereka tercipta melalui proses pendidikan serta pembinaan yang amat panjang, yang penuh kesungguhan dan pengorbanan.
Hal ini tidak didapat dari ibu yang mengasuh dan mendidik anaknya di sisa waktu luang, bukan dari ibu yang tidak memiliki kesadaran bahwa dia adalah seorang hamba Allah, yang memiliki tugas menjaga tegaknya agama ini. Seorang Ibu yang memiliki kesadaran dan pemahaman bahwa dia memiliki peran penting dalam mengembalikan kejayaan Islam.
Perempuan juga berkontribusi dalam perjuangan, melanjutkan kembali kehidupan Islam. Peduli dengan lingkungan, yang mempengaruhi masa depan anak dan masyarakatnya, selain menjalankan, tugas utamanya sebagai seorang ibu. 
Seorang ibu akan berupaya meningkatkan kualitas ketaqwaannya dan memperkaya diri dengan tsaqofah (pengetahuan) keislaman dan juga segala ilmu pengetahuan agar bisa mencetak generasi penerus perjuangan Islam, para mujahid dan pengemban dakwah. Melakukan amat ma'ruf nahi mungkar dengan sekitar. Sehingga ummat Islam akan kembali menjadi Khoiru Ummah.
Seorang ibu tak akan membiarkan, kemungkaran bermekaran di sekitarnya. Karenanya dia berjuang mendakwahkan Islam dan membentuk generasi tangguh.
Rasulullah SAW telah bersabda "Wanita (istri) adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya. Dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya".
Hanya saja, tugas seorang ibu akan semakin berat jika tidak didukung oleh masyarakat dan negara yang menerapkan syariat Islam, karena itu tugas seorang ibu yang tidak kalah penting saat ini adalah mengambil peran dalam perjuangan menegakkan Islam secara Kaffah. 
Wallahu a'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun