Mohon tunggu...
Muslim Amiren
Muslim Amiren Mohon Tunggu... Dosen - Seorang futurist, easy going, dan berharap hidupnya bermanfaat banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitar

Dosen FMIPA, Jurusan Informatika. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Usaha: NTA TOUR TRAVEL (tour operator dari Aceh untuk Dunia) Visi: Menjadi rahmatan lil Indonesiain. Misi: Menulis, merawat ingatan, melawan lupa. Hp/WA: 085277224606, email: ntatourtravel@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Murah di China: ke Tembok Besar Hanya 20 Ribu Rupiah, Mau?

3 Juni 2013   18:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:35 4598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tembok Raksasa Cina atau Tembok Besar Cina (hanzi tradisional: 長城; hanzi sederhana: ; pinyin: Chángchéng), juga dikenal di Cina dengan nama Tembok Sepanjang 10.000 Li (萬里長城; 万里; Wànlĭ Chángchéng) merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat manusia, terletak di Republik Rakyat Cina. Tembok Raksasa Cina dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia.Pada tahun 1987, bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Steven, Mark A (2000).

Latar Belakang  Tembok Besar China

di Capital International Airport, Beijing.

Belakangan, berkembang mitos bahwa Tembok Besar ini bisa dilihat dari luar angkasa. Tetapi NASA membantahnya: "The Greatwall can barely be seen from the Shuttle, so it would not be possible to see it from the moon with the naked eye". Astronot Cina pertama yang diluncurkan di ruang angkasa pada tahun 2004, Yang Li-wei, juga menyatakan bahwa ia tidak dapat melihat bangunan tersebut. Namun, mitos ini telah terlanjur masuk dalam buku-buku sekolah dasar di China, dan mungkin juga di Indonesia (nasa.gov).

Walaupun demikian, menginjak kaki di Tembok Besar ini adalah mimpi sebagian besar penduduk dunia. Termasuk saya. Dengan tegas saya tuliskan dalam “My Second Map of Life”. Itu adalah list item pertama dalam peta hidup kedua saya. Sayangnya, ketika mendapat kesempatan setahun pertama ke China 2009 dulu, saya tidak sampai kesini. Saya ke Beijing hanya sempat ke Kedutaan Besar Republik Indonesia, untuk mengurus perpanjangan visa. Dan mimpi itu kembali bangkit ketika saya mulai merintis usaha travel untuk paket-paket Outbond murah dalam dan luar negeri.

Rombongan pertama yang ingin ke China adalah kawan-kawan dari Dinas Pariwisata Sabang. Mereka ingin belajar tentang pariwisata China. Siapa tahu ada yang bisa diterapkan di Sabang. Bahkan mereka rela memakai uang sendiri untuk itu. Dengan catatan, jangan mahal-mahal. Yang ikut dalam rombongan antara lain Sekretaris Disbudpar Kota Sabang, seorang Anggota Dewan, mantan duta wisata dan salah satu Keuchik Gampong Wisata, Jaboy.Rencananya paket kami 6 hari 5 malam, berangkat dengan AirAsia, dengan rute Banda Aceh-KL-Beijing dan pulangnya Shanghai-KL-Banda Aceh.

Setelah pengurusan visa dan pembelian tiket pesawat serta booking penginapan di Beijing dan Shanghai, mulailah saya mencari paket wisata ke Great Wall. Rupanya tidak murah. Kerjasama dengan salah satu rekan di Beijing, memberi plafon 5 juta untuk paket Beijing-Shanghai diluar pesawat International dan Kereta Api Cepat Shanghai-Beijing. Paket dengan Muslim China untuk satu hari ke Tembok Besar mereka bandrol 750ribu rupiah per orang. Dengan bus wisata lebih murah, hanya 250ribu per orang. Tetapi tetap saja mahal kalo di kali jumlah orang dalam rombongan. Akhirnya, kami memutuskan pergi dengan cara bondo nekad. Tanpa mengambil paket apapun. Kita lihat disana nanti... The show must go on....

Tepat hari Rabu, tanggal 17 Mei 2013 mulailah kami berangkat dari Banda Aceh pukul 11 dengan pesawat murah AirAsia menuju KL. Pukul 14.20 waktu setempat pesawat mendarat di KL. Setelah mengaso di Warung Padang LCCT dan sholat jamak dhuhur dan ashar, tepat pukul 19.00 terbanglah kami menuju China. Dalam pesawat, nampaklah “kuasa uang”. Yang dapat tiket promo tempat duduknya dekat toilet, sehingga tiap toilet dibuka dan ditutup selalu mencium “wangi yang agak lain”. Sedangkan kawan-kawan yang beli tiket reguler dan agak mahal, duduknya dekat ruang VIP. Luas dan selunjuran lapang. Salah satu kawan yang duduk dekat toilet melempar joke, “Kalau tiket harga nol dari sejuta tiket gratis AirAsia tiap tahun, mungkin tempatnya di dalam toilet kali ya?”. Ups, maaf becanda.

Tepat pukul 00.59 kami mendarat di Beijing. Berdasar info, biasanya tersedia Shuttle Bus ke kota. Kebetulan kami akan menginap dekat Lapangan Tiananmen, International YouthHostel. Dari Google Earth terlihat letaknya kira-kira 30 km dari bandara. Begitu keluar dari Bandara, suasana sudah agak sepi. Para penumpang AirAsia terlihat antri naik taksi. Tidak nampak Shuttle Bus Airport. Beberapa supir taksi liar menawari harga di atas rata-rata. Bahkan mengatakan tidak ada bus lagi. Karena pasukan kami lebih dari tiga orang, akhirnya kami mengambil salah satu taksi besar. Muat 5-6 orang. Awalnya mereka bilang pake “meter”, ternyata yang dimaksudkan dengan meter ialah speedometer, catatan kilometer. MasyaAllah, kami tertipu. Speedometer menunjukkan 30km dan kami harus membayar tidak tanggung-tanggung sekitar 350yuan atau lebih dari 500ribu rupiah. Yang lebih menyebalkan, ketika hampir sampai ke penginapan, sebuah shuttle bus dari bandara menyusul taksi kami. Shit, dasar *****, mereka menghalalkan segala cara untuk dapat uang. Walau harus menipu dengan info yang salah (tidak ada lagi shuttle bus).

Kegeraman kami terbawa hingga masuk hotel. Disini, lain lagi kejadian. Kami sampai disana sudah hampir jam 2 dini hari. Walau sudah booking, namun penjaga meminta kami menunggu hingga pukul 6 baru boleh check-in. Waduh. Akhirnya kami sewa satu kamar untuk meletakkan tas dan badan yang penat. Ada yang langsung tertidur karena kelelahan. Sebagian memilih sholat jamak magrib dan isya dulu baru tidur. Lomba ngorokpun dimulai.... ngook...ngookkkk... Kaca jendela nampak bergetar sesekali, terkena tekanan angin yang tak biasa. :)

=============

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun