Mohon tunggu...
Muslim Amiren
Muslim Amiren Mohon Tunggu... Dosen - Seorang futurist, easy going, dan berharap hidupnya bermanfaat banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitar

Dosen FMIPA, Jurusan Informatika. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Usaha: NTA TOUR TRAVEL (tour operator dari Aceh untuk Dunia) Visi: Menjadi rahmatan lil Indonesiain. Misi: Menulis, merawat ingatan, melawan lupa. Hp/WA: 085277224606, email: ntatourtravel@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Selamat HFN & 1 Abad LSF: Truly, Aku Cinta Indonesia! Banget!

31 Maret 2016   00:18 Diperbarui: 31 Maret 2016   01:38 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ACI... Aku Cinta Indonesia... Amir Cici Ito.

Film 80-an ini benar-benar bikin Aku betul-betul cinta Indonesia. Cinta bangsa ini, orang-orangnya dan produk-produknya. Rasa ini lebih kentara ketika bisa jalan-jalan ke beberapa negara seperti Australia, Saudi Arabia dan China. Aku malah merasa bahwa Indonesia itu mah betul-betul surga. Lebih tepatnya, sebuah surga mini di bumi. Tulisan kecil ini coba ngebandingin antara Indonesia dan Australia, oz sebutannya. Semoga lain kali bisa nulis perbandingan dengan China dan juga Saudi Arabia. Semoga... amin.

[caption caption="Adelaide: kota di selatan Australia (sumber: mypostalcards.wordpress.com)"][/caption]

Kebayang nggak sih, di sini segalanya serba uenak. Almost fit and stabile along year... Ntah ada negara lain yang uenak kaya gini. Barang kali negara lain yang berada di equator macam Brazil hampir sama kaya kita ya. Ayo ada nggak Kompasianers yang tinggal di Brazil, enakan mana hidup disana ama di Indo? Coba pikir, sepanjang tahun kita bisa dapat sinar matahari dan nggak panas-panas banget. Kalaupun agak hot, paling pergi ke sawah dan tidur-tiduran diatas bale-bale bambu sambil makan timun ditemani garam dan cabe ijo kecil. Wah, enak banget tuh... Apalagi kalau angin sepoinya berembus... jangankan gue, si nyet yang lagi berayun di pucuk jamblang pun kadang2 jatuh ke bawah saking uenaknya...KOnon lagi kalau sambil manen semangka atau mandi sungai... wuih... yakin tak ada di negara lain..

[caption caption="mandi di sungai (sumber: boombastis.com)"]

[/caption]

Ini kebalikan kalau di Oz. Gue pernah ngalamin tiga kali musim panas di Adelaide, kota bagian selatan yang hampir dekat ama Kutub Selatan. Tau nggak, kalau lagi panas, bisa ampe 49 derajat celsius. Bandingkan dengan Indonesia yang paling banter 34 atau 35 derajat. Dan kalau lagi panas, jangan berharap datang angin sepoi-sepoi. Karena kalau sobat yang satu ini datang, tambah menderita kita. Dia bertiup dari gurun-gurun yang ada di tengah benua Oz. Bukan sepoi-sepoi, tapi jadi sop panas kita. Makanya banyak oz-ers yang kena kanker kulit. Makanya kalau musim panas (Januari-Maret), sekolah/kuliah libur. Mereka banyak yang berlibur, kebanyakan ke Bali. Karena dekat dan murah. Itu ibarat rumah kedua bagi mereka. Jadi jangan takut mereka nggak kan ke Bali lagi... apapun ancamannya..

Bagi yang kurang dana untuk berlibur, maka pantai-pantai jadi pilihan. Seperti Pantai Glenelg yang ada di Adelaide. Januari-Maret, pantai ini penuh dengan "ikan asin" yang lagi berjemur. Bagi orang-orang Indonesia, diwajibkan membawa kacamata kalau mengunjungi pantai ini. Takut nantinya matanya mengalami halusinasi yang berkelanjutan. Tidak hanya di pantai, kalau musim panas, di dalam kota pun, banyak "bidadari sorga" jalan-jalan dengan hanya short pan dan tank top. So, your black glasses are a primary option, except you can handle your eyes...

[caption caption="Salah satu sudut Pantai Glenelg (sumber: adelaideguide.com)"]

[/caption]

Namun, bagi kawan-kawan Indonesia, musim panas adalah masa saving. Kalau biasanya hanya boleh bekerja 40 jam seminggu. Musim panen boleh kerja suka hati, boleh sampe mampus kalau mau. Karena pada masa ini, hampir semua pohon panen. Dari apel, cherry dan anggur hingga strawberry. So, jadi fruitpicker adalah cara terbaik mengumpulkan dolar selama tiga bulan. Bayangkan kalau bisa bekerja 8 jam sehari dengan bayaran 15-20 dolar per jam. 120-160 dolar bisa jadi tambahan penghasilan. Setiap dua mingguan dibayar gaji, bisa bawa pulang 15 juta hingga 20 juta. Kalikan aja kalau sebulan hingga tiga bulan.

[caption caption="pemetik buah (sumber: yha.com.au)"]

[/caption]

Sayangnya, uang tidak bisa membeli kebahagiaan (batin). Walau banyak duit, spiritual kita terasa kosong. Jarang sekali kita mendengar suara azan. Apalagi suara anak-anak mengaji. Azan hanya bisa dinikmati satu jumat sekali. Itupun kalau sempat ke jumatan diantara sibuknya tugas-tugas kuliah seabrek. Walaupun banyak uang, kita nggak bisa menikmati semangkok bakso bersama kawan-kawan. Atau secangkir teh panas dan pisang goreng di pinggir jalan sore hari. Itu kali hanya ada di Indonesia. Makanya pas jejakin kaki disana. Waduh sepong banget, kok jalan-jalan pada kosong. Nggak ada yang jualan sate, es cendol... batagor, toge goreng... kali yang ginian hanya ada di Indonesia. Surga di bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun