Mohon tunggu...
fxfelly murwito
fxfelly murwito Mohon Tunggu... -

bapak satu istri dan satu putri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sarinah Menembus Badai

6 Oktober 2017   14:30 Diperbarui: 6 Oktober 2017   14:53 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelum membaca paragraf demi paragraf di bawah ini, letakkan dulu gambaran tentang Sarinah yang ada dalam benak kita. The Journey of Sarinah merupakan sebuah ungkapan betapa Sarinah Department Store telah mengalami banyak hal, banyak kisah, dan banyak yang tidak terceritakan. Di antara yang bisa diceritakan yang paling manis adalah bagaimana Sarinah bertahan dari berbagai badai yang menghempasnya.

Sejak masih dalam bentuk gagasan, badai kritik sudah menerpa Sarinah. Pendirian Sarinah dianggap ide gila. Sebuah ide yang sulit dinalar, membangun sebuah toko mewah pada saat rakyat kelaparan. Menurut beberapa krikitus saat itu, Sarinah hanyalah sebuah proyek gagah-gagahan, sebuah monumen yang dibangun sebagai tanda pelecehan terhadap rakyatnya.

Badai pertama pun tertepis dengan dilesakkannya tiang pancang pertama Sarinah pada tanggal 23 April 1963. Satu demi satu kaki-kaki Sarinah tumbuh menjejak sejarah Indonesia. Dan awan gelap pun kembali meliputi Sarinah ketika target penyelesaian meleset dari yang dicanangkan. Soekarno meminta pada hari Ibu, 22 Desember 1965 pembangunan Sarinah selesai dan ternyata, pada tanggal yang diharapkan pembangunan baru selesai 90%.

Badai Politik menerpa Sarinah, tragedi 30 September menyisakan tiga orang buruh yang tidak tergabung dalam SOBSI (organisasi buruh yang berafiliasi ke Partai Komunis Indonesia). Selebihnya dikeluarkan, dirumahkan, atau dipenjarakan akibatnya penyelesaian pembangunan Sarinah tertunda. Namun, sesuai dengan rencana serah-terima kunci gedung tetap dilakukan pada hari Ibu. Hal tersebut sedikit dipaksakan supaya citra Sarinah yang berwatak perempuan tetap melekat sesuai dengan gagasan awalnya.

Dalam pelukan perempuan badai politik berlalu. Namun tak juga menghalau datangnya badai-badai yang lain. Cita-cita yang disematkan pada Sarinah sebagai penjaga stabilnya harga-harga kebutuhan pokok harus berhadapan dengan kecurangan dan kekacauan yang dibuat oleh konsumennya. Harga kebutuhan pokok yang dijual di bawah harga di Toko Pangan Serba Ada (Topsera) Sarinah rupanya justru diburu oleh para tengkulak dan orang-orang kaya.

Serbuan tersebut membuat Bulog mengurangi pasokannya ke Sarinah. Dan kegilaan para tengkulak tidak berhenti sampai di situ, ketika Sarinah memberlakukan kupon untuk menjatah konsumennya, tengkulak menawarkan uang komisi kepada calon pembeli. 'Setan Inflasi' yang tidak ditakuti Soekarno ternyata mampu meruntuhkan dan mencabik-cabih Sarinah di bulan-bulan pertama usianya. Dan dengan sangat terpaksa, fungsi stabilator harga, cita-cita idealis Sarinah harus ditinggalkan. Dan kemegahan Sarinah berangsur meluntur bersama kusamnya fasilitas dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen.

Setelah mengalami beberapa pergantian kepemimpinan, Sarinah mulai bangkit pada September 1967 dan melebarkan sayap selebar-lebarnya. Sarinah merambah semua bisnis termasuk Apotek, Restaurant, Pusat Hiburan Internasioanl, Film, Kasino, dan lain-lain. Hingga 'kirab' eksklusifitas itu harus berakhir pada bulan Oktober 1970, ketika Departemen Keuangan memungut biaya atas penggunaan gedung Sarinah. Dan akhirnya terkuaklah badai hutang perbankan yang menarik Sarinah kedalam pusaran terdalamnya.

Pada tahun itu juga, Sarinah berusaha keluar dari masalah hutang dan carut marut managemennya. Hasil positif walaupun kecil mulai menampakkan kembali wajah Sarinah. Pada 9 Oktober 1979, ketika kepengurusan yang baru dikukuhkan dan setelah Sembilan tahun dalam masa 'darurat', Sarinah mengubah anggaran dasar dan mengubah namanya menjadi PT. Sarinah (Persero) setelah sebelumnya PT. Department Store Indonesia (PT. DSI). Sejak itu mulailah geliat Sarinah menampakkan hasil. Modal terus bertambah, bahkan gaji karyawanpun bisa dinaikkan. Sarinah melaju kencang.

Lesatan Sarinah pun tidak semulus yang diperkirakan. Badai api mulai memantik pada 18 Juli 1980 yang menghanguskan lantai 2. Dan puncak badai api terjadi pada 13-14 November 1984, api yang mulai menyala di lantai enam, bergerak merambat hingga menghanguskan lantai 14. Sarinah harus berhenti beroperasi selama satu bulan dan turut hangus dalam kebakaran tersebut adalah 40 persen pemasukan dari persewaan kantor. Sarinah goyah, terpukul, tapi tidak jatuh.

Sejak tiang pancang yang dilesakkan 48 tahun silam, Sarinah masih tegak menatap sejarahnya di masa depan. Badai mungkin tak akan pernah berlalu, badai akan terus datang, makin kencang dan kuat bahkan. Tapi sampai kini Sarinah selalu bisa menaklukkan pusarannya. Sarinah masih melangkah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun