Mohon tunggu...
Murtahilah
Murtahilah Mohon Tunggu... -

Pembelajar, Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia

1 Maret 2019   16:59 Diperbarui: 1 Maret 2019   17:21 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bahasa Arab masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam. Pada awalnya bahasa Arab diajarkan agar setiap muslim dapat melaksanakan ibadah dengan baik, mengingat ritual ibadah dalam agama Islam menggunakan bahasa Arab. 

Sehingga metode pengajarannya menggunakan metode abjadiyyah yang bertujuan agar orang Indonesia mampu melafalkan huruf-huruf dalam bahasa Arab dengan baik dan benar. Materi yang diajarkan pun seputar doa-doa dan surat-surat pendek di dalam Al-Qur'an.

Setelah pengajaran ini berhasil menjadikan seorang muslim menggunakan bahasa Arab dalam ibadahnya, muncul sebuah permasalahan yaitu pemahaman terhadap bacaan-bacaan berbahasa Arab yang mereka lafalkan. 

Hingga kemudian muncullah gagasan untuk mengajarkan pelajaran agama yang rata-rata sumbernya berbahasa Arab, sehingga pada tingkatan ini bahasa Arab dijadikan jembatan penghubung menuju pemahaman agama yang baik. 

Pengajaran ini berkembang di lingkungan pondok pesantren yang berbasis kepada teacher center dan santri difokuskan untuk menguasai kaidah tata bahasa Arab yang baik dan benar. Hasil yang diperoleh sangat luar biasa, sehingga memberikan pemamahan agama yang baik pada umat Islam di Indonesia.

Seiring dengan keberhasilan Pondok Pesantren dalam mendidik santrinya sehingga banyak yang bersemangat mendalami ilmu agama hingga ke Timur Tengah. Sepulangnya para santri dari Timur Tengah membawa angin segar bagi pengajaran bahasa Arab. 

Bahasa Arab hendaknya bukan sebagai jembatan penghubung saja, namun menjadi sebuah kemahiran yang aktif dalam berkomunikasi. Sehingga hal ini menjadi alasan munculnya Pondok Pesantren Modern yang berbasis student center. Para santri bukan hanya mampu menerjemahkan kitab kuning, namun juga mampu berbicara dan berdebat dalam bahasa Arab layaknya penutur asli.

Semangat pembaruan ini menimbulkan dilema dalam pengajaran Bahasa Arab, apakah mempertahankan metode lama atau mencoba metode baru? Dilema ini menimbulkan suatu bentuk pengajaran baru yang menggabungkan metode lama dan baru, namun menjadi tidak menentu dari segi tujuannya. Hal ini terus berlangsung sampai sekarang, sehingga menimbulkan dilema di pihak pengajar dan siswa. Namun, semangat pengajaran bahasa Arab masing terus bersinar di Indonesia dan diakui oleh negara Arab sendiri.

Referensi:

Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun