Halmahera Selatan dengan Luas wilayah 8.779,32 km merupakan salah satu kabupaten terluas yang ada di Maluku Utara. Dengan sejumlah etnis suku dan budaya yang ada di Halmahera Selatan, telah menjadikan Halmahera Selatan sebagai Kabupaten yang sarat akan kearifan Lokal.
Selatan Halmahera dengan adat dan Budaya yang melekat didalamnya seperti memberi pesan bahwa persatuan dan kesatuan itu hadir dari sebuah perbedaan dan warna yang berlainan.
Akar falsafah lokal Halmahera Selatan masih merambat begitu kuat di kedalaman hati orang-orang Halmahera Selatan. Hal tersebut masih dapat dibuktikan dengan kebaikan masyarakat desa dan kota meskipun kenyataannya etnis suku dan budaya telah tercampur aduk.
Sosial masyarakat yang begitu masif di masa ini, satu sama lain saling menguatkan, baik secara fisik dan psikis, materi dan imateri, serta pikiran dan perasaan.
Gotongroyong masyarakat Halmahera Selatan tidak perlu diragukan, karena leluhur telah mewariskan DNA Gotongroyong sejak berabad-abad yang lalu. Harta karun tersebut bukan hanya dimiliki masyarakat Halmahera Selatan. namun, menyeluruh di seluruh pelosok tanah air.
Kenyataan tersebut memang diakui dunia, jauh lebih khusunya masyarakat Halmahera Selatan yang meskipun realitasnya harus diuji dengan istilah Bacarita orang (Bafitana) Namun, jiwa empati dan simpati serta Baku malu hati telah teruji selama negeri Saruma ini Berdiri.
Kedangkalan buah pikir dan narasi kepentingan telah menjamur dalam tiap langkah keseharian manusia Halmahera Selatan, meski telah melalui perjalanan panjang, budaya dan tradisi Gotongroyong tak akan hilang sepanjang masa.
Ini telah menjadi poin penting yang harus kita jaga bersama, karena memang telah menjadi tanggung jawab bersama untuk menuju Halmahera Selatan yang bekerja sama atau sama-sama bekerja.
Lepas dari kerja sama itu sendiri, ada muatan lain yang seiring waktu telah mendikte kita untuk sering tak menghiraukan rasa saling mendukung. Fitnah menjadi duri yang paling primadona ketika kata gotongroyong di jadikan realita dalam bentuk kemaslahatan.
Di masa ini, kita kadang diuji dengan kepentingan pribadi yang mengatasnamakan gotongroyong, atas kepentingan golongan kata bakusompong sering bercokol sebagai asas pemanfaatan meraup keuntungan.
Ini harusnya menjadi evaluasi kedewasaan kita dalam menyikapi segala bentuk selebrasi hidup. Kita mestinya kembali kepada pesan moral dan sejarah para leluhur kita yang kehidupannya mengandalkan kerja sama, saling mendukung, tanpa pilih kasih.
Tradisi Gotongroyong atau dengan kata lain bakusompong bagi orang Halmahera Selatan sendiri, kini menjadi minim, dikarenakan adanya kepentingan lain yang bersifat pribadi, padahal dalam jangkauannya Gotongroyong (kerja bakti) adalah sebuah dasar untuk mencapai kepentingan pribadi masing-masing.
Untuk menjadikan Gotongroyong ini sebagai prinsip hidup, tak perlu doktrin khusus agar terciptanya saling kerjasama. Langkah yang perlu dilakukan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat agar mau menggemakan kembali tradisi yang sering dia abaikan ini.Â
Para generasi muda perlu dipupuk rasa solidaritasnya melalui kegiatan positif yang sifatnya komunal. Hal ini setidaknya telah memberikan pemahaman kepada generasi muda, bahwa daerah ini memiliki akar sosial yang kuat yang harus tetap terjaga kelestariannya.